Aceng tersentak dari lamunannya dan mencari sumber suara. Alangkah terkejutnya dia begitu mendapatkan suara itu asalnya dari seekor kodok yang besar di sampingnya. Aceng sampai terjungkal dari duduknya.
 "Jangan takut ! Aku temanmu selama ini. Aku akan membantumu untuk meraih cinta sejatimu. Ada seorang tabib sakti di seberang sana yang memiliki obat untuk menyembuhkan pujaan hatimu itu," kata sang Kodok menenangkan Aceng. Aceng pun mencoba mengumpulkan kembali rasa percaya dirinya.
"Taa...taa...tapi... bagaimana caranya kita bisa ke seberang lautan sana? Aku tidak punya perahu," keluh Aceng.
"Naik saja ke punggungku, aku akan membawamu ke sana!"
Badan sang Kodok seketika membesar hingga bisa dijadikan tunggangan. Aceng yang masih mengira semua itu adalah mimpi masih melongo.
"Ayo, naiklah! Terkejutnya disimpan saja buat nanti! Itu rahang kembalikan dulu pada posisinya!" perintah sang Kodok.
Aceng pun tergopoh-gopoh menaiki punggung sahabat anehnya itu. Hanya dengan sekali lompatan, mereka sudah tiba di daratan seberang.
Sang Kodok membawa Aceng menemui seorang tabib sakti yang kemudian  memberikan sebuah tunas kelapa kepada Aceng.
 "Tanamlah tunas kelapa ini dan rawatlah dia dengan baik. Saat sudah berbuah, berikan airnya kepada sang gadis untuk diminum!"pesan sang Tabib.
     "Terima kasih,Tuan, terima kasih!"
Aceng dan sang Kodok pun berpamitan. Sesampainya di kampung, Aceng segera menanam tunas kelapa itu di tepi Pantai Batu Kapur yang dekat dengan rumahnya.