Careless = Sembrono, sembarangan, serampangan, bekerja tanpa tanggungjawab. Sebaliknya, Careful memiliki arti /makna (ber-) hati-hati, kita harus bekerja dengan hati-hati dan teliti.
Careful pada dasarnya memiliki makna, lebih kepada bekerja dengan “Hati”. Dengan “hati” maksudnya bekerja dengan dilandasi rasa tanggung jawab, sehingga mendorong kita berhati-hati dan teliti dalam bekerja.
Hal-hal di atas hanyalah sebagian contoh dari kelalaian dan kesalahan. Kedua hal tersebut terjadi karena kita cenderung menganggap remeh, menganggap sepele karena kita merasa sudah pengalaman, sudah biasa dan kita merasa sudah menguasai pekerjaan kita tersebut.
Padahal menganggap remeh dan sepele, membuat diri kita lengah, lalai menjadikan diri kita seperti robot, kita tidak cermat, tidak teliti dan tidak menggunakan sense of risk, inherent control pada diri kita tidak berfungsi! ketika menjalankan suatu aktivitas/pekerjaan.
Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya… yang akan membuat kita sadar bahwa dimana terjadi kondisi yang kita anggap biasa, boleh dan tidak apa2 akan BERBALIK menjadi kondisi yang tidak biasa
dan sangat ber-apa2, yaitu munculnya masalah dan dapat berdampak negative tidak saja kepada diri kita, nasabah tetapi juga kepada perusahaan.
Hal lain yang perlu kita ingat, bahwa kelalaian dan kesalahan yang kita lakukan dapat dimanfaatkan oleh oknum2 / pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selama ini tanpa kita sadari… kita cenderung bersifat permisif… dengan membolehkan/meng-iyakan banyak hal… seolah semuanya serba boleh tanpa mempertimbangkan risiko, akibat dan konsekuensi yang akan timbul.
Sesungguhnya bila kita bekerja by feeling, self judgement dan speculative dengan prinsip “Biasanya…biasanya… dan biasanya….” akan menempatkan diri kita dalam posisi yang sulit bahkan berbahaya. Kalimat “Biasanya…..dst” mengandung unsur :
1. Kita tahu dan mengerti ada aturan dan prosedur yang harus dipatuhi, tetapi kita cenderung mengabaikannya, meremehkannya, karena kita over confidence…kita merasa “itu makanan kita sehari2”, kita merasa itu sudah biasa, saya bisa melakukannya dengan “sebelah mata saja” dan kita bekerja hanya berdasarkan pengalaman saja bukan berpedoman pada prosedur yang berlaku. Ya! waktu belum terjadi “apa2” seolah kita sudah terlena bekerja by feeling dan self judgment…kita tidak bekerja berdasarkan prosedur yang berlaku!.
2. Ada unsur spekulatif/untung-untungan… syukur2 tidak ketahuan/lolos atau selamat dari kesalahan.
3. Bekerja terburu-buru, ingin cepat selesai agar bisa segera pulang..
Antara Habit – Behavior – Character – Culture
Sesuatu hal yang dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan (Habit). Karena sudah terbiasa maka akan terpola menjadi perilaku (Behavior). Perilaku yang tertanam pada diri seseorang secara terus menerus akan tumbuh menjadi Karater dan bila karakter tersebut menular kepada orang-orang yang berada di sekitarnya akan berubah menjadi kultur. Pertanyaannya sekaranga apakah kalimat “Biasanya…” akan kita jadikan kebiasaan, perilaku, karakter bahkan menjadi kultur di perusahaan /organisasi kita???