Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

4 Hal tentang Passion yang Harus Kamu Tahu

21 Agustus 2020   10:11 Diperbarui: 23 Agustus 2020   16:24 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Passion...it is not what you're good at. It is what you enjoy the most." Rene Suhardono.

Halah kayak motivator saja lu Bor bahas beginian wkwkwk. Bener juga sih, jadi kelihatan belagu ya? Hahaha... 

Saya menuliskan ini bukan karena saya sudah bisa cari makan dari passion saya, saya hanya senang membagikan pengalaman intelektual yang saya dapatkan ketika mempelajari sesuatu.

Dari pada saya tulis di kertas terus saya simpan sendiri, mending saya bagikan saja di sini. Saya pikir semua orang sudah tahu apa itu passion sehingga saya tak perlu menjelaskan panjang lebar apa itu passion.

Seperti kutipan di atas, passion adalah hasrat terhadap sesuatu sehingga tak jarang kita bisa sampai lupa waktu saat mengerjakannya. Dulu saya punya teman yang tiada hari tanpa main gitar. Di bilang pandai juga tidak terlalu, skill-nya biasa-biasa saja. Namanya juga baru belajar.

Tiga belas tahun kemudian saat dia pindah daerah lain karena bekerja, dia selalu membawa gitarnya. Masih seperti dulu, baginya tiada hari tanpa bermain gitar.

Pertanyaannya, apakah setelah sekian tahun memegang gitar skill-nya sudah memadai untuk menyelenggarakan konser tunggal? Ternyata tidak, kemampuan gitarnya ya masih biasa-biasa saja, walaupun ada peningkatan.

Cerita di atas membuktikan bahwa passion sejatinya adalah kesukaan kita terhadap sesuatu. Kesukaan terhadap sesuatu tak selalu sejalan dengan keahlian kita terhadap sesuatu itu.

Hanya saja di era media sosial seperti sekarang ini, sudah banyak orang bisa hidup dari passion-nya. Sehingga mereka yang belum bisa menghidupi diri dari passion-nya mulai frustasi dan meninggalkan passion-nya tersebut.

Tulisan ini tidak saya buat agar pembaca bisa sukses dengan passion-nya. Tapi lebih ke opini dan berbagi pandangan saja seputar dunia yang konon ditakuti perusahaan karena takut semua karyawannya resign karena mengejar passion wkwkw.

1. A passion I enjoy the most whenever I...

Ternyata passion berbicara tentang hal apa yang paling kita nikmati. Poin ini sebenarnya agak sedikit mengulang pembukaan yang saya tulis di atas. 

Seperti teman saya yang dari kecil sudah memegang gitar, lalu saat dia merantau ke daerah lain yang mana gitarnya selalu ikut bersamanya, setiap hari dia masih memegang gitarnya. Itu karena dia sangat menikmati bermain gitar.

Dalam hal ini bermain gitar bukan mata pencahariannya, dia juga tidak punya toko gitar, bermain gitar dia jadikan kegiatan untuk mengisi waktu luang. 

Lalu apakah passion-nya itu tidak berguna? Siapa bilang? Passion kita tak melulu akan terpakai sebagai hobi saja atau pekerjaan. Karena dia bisa bermain gitar, maka dengan keahliannya itu dia melayani musik di gereja.

Lihatkan, passion tak melulu menghasilkan uang, tapi dia bisa menjadikanmu orang yang berguna serta bernilai. Kalau passion tersalurkan maka dia akan berguna, minimal untuk diri sendiri dulu. Maka jangan mudah kecewa kalau passion kita belum membawa kita pada kesuksesan yang kita harapkan.

2. Passion is a state of being-Ambition is an act of becoming. They are not the same...
Anjing tetaplah seekor anjing sekalipun dia tidak menggonggong. Inilah maksud kutipan di atas. Passion itu harusnya bagian dari keberadaan kita sebagai manusia. Passion itu dianugerahkan Tuhan tentu untuk suatu tujuan.

Kita yang perlu mengasahnya dan menyalurkannya ke tempat yang tepat. Jika hadir ambisi agar passion membawa kita ke tempat yang lebih tinggi, jadi penyanyi, musisi, aktor, ya sah-sah saja sih. Tapi ambisi harus diletakkan sesudah kesukaan kita terhadap sesuatu itu. 

Rene Suhardono yang adalah public speaker, social entrepreneur, dan penulis pernah berkata, "Setiap kali ada yang bilang kalau mereka keluar dari pekerjaan untuk mengejar passion, komentar saya selalu sama: passion-mu sudah tertanam dalam dirimu. Tidak perlu dikejar, justru mungkin harus berhenti sejenak, berdiam diri, berlatih mendengar suara hati dan merasakan lentera jiwamu."

Dulu saya sangat ingin sekali menjadi seorang wartawan. Karena bisa mewawancarai pejabat. Tapi gak kesampaian. Namun setelah dipikir-pikir, inti bekerja sebagai wartawan kan menulis. 

Mungkin profesinya gagal saya capai, tapi menulisnya? Sekarang di manapun saya bisa menulis. Bahkan di iIstagram yang notabene adalah platform berbagi foto dan video, dengan bantuan aplikasi lain kita bisa membuat tulisan yang dibaca banyak orang.

Sama seperti cerita teman saya di atas. Pasti dulu dia punya keinginan untuk jadi gitaris terkenal dalam sebuah band, tapi jadi anak band tak tercapai, main gitar mah jalan terus.

3.Your passion is your most precious gift from our creator
Seperti yang sudah disinggung di atas, passion adalah pemberian dari Tuhan, kalau kita bunuh maka kita tidak menghargai talenta yang tuhan tanamkan dalam diri kita.

Passion bukan berarti kita hanya melakukan hal yang itu-itu saja. Seiring bertambahnya usia tentu minat juga berkembang, mungkin kegiatan bermain gitar sudah tidak menarik, akhirnya kita coba membuat video, melukis dan lain-lain.

Tidak apa-apa. Karena sejatinya makna passion itu adalah gairah. Tetap menjalani passion artinya tetap menjadi orang yang penuh gairah.

Jangan mikir kemana-mana ya.

Tanpa gairah orang biasanya mudah lesu, gampang kehilangan semangat, dan tampak hidup segan mati tak mau.

Memelihara passion tak ubahnya memelihara semangat, menjaga kewarasan, menjaga mood, yang baik untuk kondisi kejiwaan. 

Untuk yang selama ini tersesat dan tak tahu harus melakukan apa, hidup terasa hambar, mungkin jawabannya ada pada anugerah itu sendiri, yaitu pada sesuatu yang membuat kita bergairah untuk melakukannya.

4. Passion is in the activities, not the jobs
Hidup ini memang tidak ideal. Mustahil semua yang kita lakukan adalah yang kita sukai. Maka delapan jam kerja dengan menderita untuk mencari duit, adalah hal yang harus dimaklumkan.

Tapi hidup kan bukan hanya delapan jam, masih ada enam belas jam lagi yang bisa dimanfaatkan. Delapan jam untuk istirahat dan delapan jamnya lagi mungkin untuk melakukan sesuatu yang kita sukai. Bisa dimanfaatkan untuk merileksasi diri juga kan.

Kalau saat ini pekerjaan kita bukan passion kita, ya wajar-wajar saja. Karena menjadi direktur, dosen, musisi bukanlah passion. Profesi dan passion adalah dua hal yang berbeda.

Passion itu terletak pada sisi kegiatannya. Misal, direktur passion-nya memimpin sekelompok orang, dosen passion-nya mengajar, musisi passion-nya menciptakan lagu. 

Untuk profesinya, kita fleksibel ajalah. Kayak yang saya ceritakan sebelumnya, saya pengen jadi wartawan, tapi gak kesampaian, ya gak apa-apa, inti kerja wartawan kan menulis, maka saya buang wartawannya, saya ambil nulisnya.

Mungkin ini saja yang dapat saya sampaikan. Ouh ya, ide-ide dasar dalam tulisan ini saya kembangkan dari buku Rene Suhardono yang berjudul Your Job Is Not Your Career.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun