Pendahuluan
Dalam perjalanan akademik dan profesional, seseorang sering menghadapi tantangan, kegagalan, dan keberuntungan yang tak terduga. Filosofi Stoikisme, yang berakar pada ajaran filsuf Yunani dan Romawi seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius, menawarkan cara pandang yang dapat membantu individu mencapai keunggulan akademik dan profesional dengan membedakan antara fortuna (nasib) dan virtue (kebajikan).
Tulisan ini akan membahas apa itu fortuna dan virtue, mengapa perbedaannya penting, serta bagaimana menerapkan prinsip-prinsip Stoikisme untuk menjadi sarjana unggul dan profesional yang tangguh dalam menghadapi tantangan hidup.
Apa itu Fortuna dan Virtue dalam Stoikisme?
1. Fortuna: Faktor Eksternal yang Tak Terkendali
Dalam Stoikisme, fortuna merujuk pada segala sesuatu di luar kendali kita, termasuk keberuntungan, lingkungan, kondisi ekonomi, keputusan orang lain, dan peristiwa yang tidak dapat diprediksi. Seneca menggambarkan fortuna sebagai arus sungai yang dapat membawa seseorang ke arah yang berbeda tanpa dapat dikendalikan.
Contoh fortuna dalam kehidupan akademik dan profesional meliputi:
Nilai ujian yang dipengaruhi oleh kebijakan dosen atau standar penilaian.
Keberuntungan mendapatkan beasiswa atau peluang magang yang tak terduga.
Kesulitan ekonomi yang menghambat pendidikan seseorang.