"Hari itu, hari di mana ia mengatakan padaku bahwa kerusakan sumsum tulang belakang pada Nyonya Konrad bukan hal yang wajar, aku meminta Agata untuk memberikan tawaran dilakukannya autopsi pada tubuh istrinya. Namun sehari menjelang pemakaman, Tuan Konrad mendatangi Agata dan menyampaikan tak perlu dilakukan autopsi pada jasad istrinya. Bukan hanya aku mengenal Nyonya Kamila dengan baik. Tapi karena aku juga polisi, aku meminta Agata diam-diam mengautopsi wanita malang itu. Dan kau tahu apa yang ditemukan? Kandungan polonium dalam tubuhnya. Menurutmu, apa Nyonya Kamila dengan sengaja mengonsumsi racun itu?"
Helenka terkejut mendengar semua yang diceritakan Pedro. Ia menatap wajah Konrad, berusaha menemukan penolakan atas apa yang Pedro katakan.
"Apa semua itu benar, Konrad?"
"Aku tak melakukan apapun pada Kamila." jawab Konrad dengan suaranya yang hampir terdengar seperti bisikan.
Marko, pria yang datang bersama Agata bangkit dari duduknya seraya meletakkan strudl yang masih tersisa setengah potong.
"Mari, Tuan. Anda bisa jelaskan semuanya di kantor kami." Ucap Marko sambil menunjukkan kartu tanda anggota kepolisian.
"Bukan aku, aku tak melakukan apapun pada Kamila!" Konrad terus membela diri. Pandangannya mengarah bergantian pada Helenka dan Sorina.
"Sorina?" tiba-tiba Konrad menatap tajam pada anak gadisnya. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Belum selesai otak gadis itu mencerna ucapan Pedro bahwa kekasihnya itu masih berkomunikasi dengan mantan kekasihnya, bahkan orang yang dimaksud itu adalah Agata yang juga menjadi tamu undangan malam ini.
"Dan Agata adalah dokter forensik yang melakukan autopsi pada jenazah ibu?" batin Sorina. Pedro bahkan melanggar protokol dengan menginstruksikan tindakan autopsi tanpa seizin pihak keluarga.
Panggilan dari Konrad tersebut menyadarkan Sorina dari lamunannya. Ia menyadari beberapa pasang mata yang mengarah padanya menantikan sebuah pengakuan.