Tak ada tempat yang tak sibuk di kota ini. Semua dengan sukacita menyambut kedatangan hari Kamis keempat di November tiap tahunnya. Walau bukan kebudayaan asli, namun beberapa negara sudah menjadikan perayaan Thanksgiving Day --yang asli Amerika Utara itu-- sebagai salah satu alasan untuk berpesta. Orang-orang akan menghentikan semua aktivitas untuk berkumpul lintas generasi.
Akan selalu ada kalkun panggang dan pai labu di meja-meja tiap rumah yang merayakannya. Semua tamu harus datang kemudian pulang dengan perut kenyang.
Sejak pagi, keluarga petani kaya, Abid Konrad, mulai sibuk menyambut perayaan Thanksgiving Day. Sorina Konrad, anak gadisnya, bahkan sudah menghabiskan lima belas menitnya untuk memeriksa barang belanjaannya dari Dejvice Square, sebuah pasar tua di Praha.
Sorina selalu menikmati waktunya selama berada dalam dapur. Indra penciumannya cukup tajam menangkap bumbu-bumbu masakan tanpa harus melihat dengan mata telanjang. Sebelum ibu mereka, Kamila, meninggal dunia, Sorina sudah memegang tanggung jawab untuk urusan isi perut mereka.
Sebelum kematiannya, Kamila memang sudah menghabiskan setengah tahun waktunya terbaring di ranjang. Mulanya, Kamila hanya merasakan demam biasa. Kemudian kondisinya semakin lemah. Seorang dokter pernah datang memeriksanya. Wanita malang itu didiagnosa mengalami kerusakan sumsum tulang.
Kepergiannya membuat banyak kerabat --bahkan yang tinggal sangat jauh--- datang untuk ikut berkabung. Dulu, Kamila wanita paruh baya yang sehat dan ceria. Tak kurang dari dua kali dalam sepekan, ia menyumbang makanan untuk acara-acara yang diadakan gereja. Â
Ini perayaan Thanksgiving pertama tanpa ibunya, dan Sorina berusaha untuk tak canggung menyajikan masakannya untuk tamu-tamu keluarga mereka.
"Ada yang kurang?" tanya Abid Konrad saat mampir ke dapur.
"Kurasa tidak." balas gadis berambut coklat tua itu . Â
"Kau memang selalu bisa diandalkan, Sayang." puji Abid Konrad. "Apakah Pedro akan datang?" tanya pria itu lagi.