"Oh, ya? Yang ke berapa? 15 tahun? 16 tahun?"
Juwita terkekeh. Ia tahu aku benar-benar sedang meledeknya. Belum sempat ia menjawab tanyaku, lampu merah menyala. Saatnya Juwita konser sore ini. Tak seperti biasanya, para pengamen cilik yang lain tak terlihat batang hidungnya.
Samar-samar kudengar suara nyaring Juwita menyanyikan lagu selamat ulang tahun milik band Jamrud. Salah seorang temannya bertepuk tangan di sebelahnya.
Seketika ada pedih terasa di sudut hati. Anak sekecil Juwita berusaha menghibur dirinya sendiri di hari bahagianya.
Lampu lalu lintas kembali hijau, Juwita dan seorang temannya melipir ke angkringan yang baru kubuka. Tempat ini yang membuatku bisa mengenalnya.
Ku biarkan para pengamen cilik itu mengambil apa yang mereka mau. Dulu ibu mengajarkanku untuk berbagi dan pemahaman tentang itu kubawa hingga kini.
"Juwita mau kado apa dari Ibu?" tanyaku.
"Ibu mau kasih aku apa?" ia balik bertanya.
"Juwita mau baju? Sepatu atau boneka?"
Gadis berlesung pipi itu terdiam, namun bola matanya berputar ke sana-sini. Awalnya kukira ia tengah berpikir keras untuk memilih salah satu dari kado yang kutawarkan.
"Aku mau sekolah lagi, Bu." Jawabnya mantap seraya menatap mataku lekat.