Sebuah jarum suntik berisi zat antipsikotik menusuk lengan Mulan, pelan-pelan perempuan itu limbung namun terus memanggil nama Ariel, suaminya. Ia masih bisa merasakan tubuhnya diangkat ke brankar dan brankar itu mulai bergerak. Keadaan hening, keriuhan resto sore tadi lenyap, berganti dengan suara roda-roda brankar yang melintas di atas lantai marmer, juga sepatu orang-orang berpakaian putih ini.Â
"Bu Mulan ini depresi mayor, ya, Dok?" tanya Suster Meychan sambil terus mendorong brankar dibantu Pingkan dan Janeta.
"Iya, gejala psikosis." Balas Dokter Ahmad Dani.
"Tadi dia sebut-sebut suaminya akan datang, kasihan ...,"
"Ya, mungkin masih merasa marah sama keadaan. Masalah kesulitan ekonomi dan rasa tidak peka sang suami ini pemicunya. Itulah kenapa, jangan semua disimpan sendiri. Kenapa manusia itu harus hidup sosial ya ini jadi salah satu alasannya. Bu Mulan ini dikenal introvert. Saat stress dia pendam sendiri, kecewa dengan suaminya pun nggak bisa disampaikan. Akhirnya, ya ... dia bunuh suaminya sekalian,"
Perlahan suara-suara mereka menghilang berganti dengan sirene ambulans yang akan membawa tubuh Mulan kembali ke salah satu bangsal rumah sakit jiwa.
Selesai
Bekasi 12 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H