Seketika ingatanku bergerak ke masa itu, saat aku dan Nung bermain di taman sekolah untuk terakhir kalinya.
"Kalau kamu pindah ikut bapakmu, nanti temanku siapa, Wit?"
"Kamu kan anak pintar, teman-teman pasti suka main sama kamu,"
"Nggak ada, Wit. Mereka malu berteman sama anak penjaga sekolah,"
"Kamu sabar, ya, Nung, nanti aku pulang, kata bapak nggak lama kok tugas di sana,"
"Janji, ya, Wit?"
Lalu kami saling mengaitkan jari kelingking, bentuk perjanjian sakral untuk anak-anak usia dini.
Ku pikir Nung tak benar-benar menungguku. Ku kira ia tak akan begitu kesepian setelah kepergianku.Â
Maafkan aku, Nung. Sekarang, aku sudah datang, memenuhi janji kelingking kita, tolong jangan ganggu anakku.
Bekasi,
5 November 2022