Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hak Istimewa

18 Oktober 2022   17:56 Diperbarui: 18 Oktober 2022   18:04 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gurusiana.id/

"Soal apa? Pacaran? Jo, kita sudah cukup dekat, apa salah jika aku mempertanyakan soal itu? Aku rasa kau juga menyukaiku,"

"Kau tidak salah, Sel. Aku yang terlalu larut dengan kedekatan ini. Harusnya aku tetap membatasi diri seperti sikapku pada perempuan-perempuan lain. Ini janjiku."

Arjo kemudian berpamitan, tak ada lagi kata-kata yang kudengar darinya. Setelah hari itu aku benar-benar kehilangan sosoknya. Luka? Pasti. Kecewa? Tentu saja. Aku benci ditinggalkan dengan cara semacam ini. Aku bersumpah ini akan jadi patah hati pertama dan terakhirku.

*

Sudah belasan tahun aku meninggalkan gereja Santo Bartolomeus, setelah aku memutuskan untuk tinggal di asrama yang berhasil meleburkan perasaanku pada Arjo. Ternyata bukan dia yang kuinginkan, tetapi sosok istimewa lain yang benar-benar mengundangku menjadi kekasihnya tanpa ada rasa takut dihempaskan apalagi ditinggalkan. Aku tak perlu repot-repot menanyakan kabar, mengingatkan jam makan, dan semua kewajiban selayaknya pasangan yang memadu kasih. Walau tanpa itu semua, aku merasa benar-benar disayangi, dicintai, dimuliakan.

Gereja ini masih sama seperti belasan tahun lalu. Aku masih ingat bangku favoritku bersama Arjo dan ibunya di sisi kanan, baris ke lima dari depan. Aku masih bisa mengingat dengan baik bagaimana aku masuk ke ruang pengakuan dosa dan menangis sejadi-jadinya dan minta didoakan oleh Pastor saat ingin melupakan Arjo dan berangkat ke asrama.

Ya, semua masih terekam dengan baik, namun kali ini, tak ada sesak yang kurasakan. Aku melepaskan semua hal duniawi untuk kekasihku saat ini.

Minggu pagi yang terasa sangat berbeda di Santo Bartolomeus, bukan karena aku menjalani napak tilas perjalanan cintaku di masa lalu melainkan seorang pastor yang tengah berdiri di mimbar membuatku sangat terkesan. Entah ia menyadari keberadaanku atau tidak, yang pasti aku semakin yakin Tuhan benar-benar memberiku hak istimewa. Hak untuk memilih jalan menjadi biarawati dan melihat Pastor Arjo memimpin misa pagi ini.

-Selesai-

Dari Bekasi yang banjirnya tak pernah ingkar janji,

Salam sayang,

Ajeng Leodita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun