Lydia lebih suka berada di rumah sakit. Banyak tekanan di dalam rumah. Ibunya berkali-kali tertangkap basah membawa pacarnya yang masih muda bahkan hingga menginap di kediaman mereka. Jika sudah ketahuan, tak ada wajah malu atau pun merasa bersalah dari ibunya.Â
Lydia dipaksa menerima ini semua tanpa boleh memberi komentar berlebihan. Sementara ayahnya jarang sekali pulang, mungkin juga sudah memiliki keluarga baru. Rumah tangga kedua orang tuanya sangat tidak sehat, namun masing-masing tidak ada yang menginginkan sebuah perceraian.
Bukan tidak pernah Lydia memiliki seorang kekasih, pernah, dan hampir menikah. Namun, kekasihnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Lydia tak punya lagi kawan bicara. Semua disimpannya rapat-rapat dan mengalihkan semua masalahnya untuk mengurus pasien-pasiennya.
"Pak Feri, boleh saya bertanya?"
"Tanya apa, Mbak Dokter?"
"Sudah berapa lama bapak di sini?"
"Sepertinya 2 tahun, apa saya harus pulang?"
"Tidak, tapi hidup bapak harus berlanjut," jawab Lydia dengan sorot mata memberi semangat.
"Siapa yang akan mengurus saya, Mbak Dokter?"
Lydia mengelus bahu pria yang usianya hampir sama dengan ayahnya. Berusaha menenangkan kekhawatirannya.