"Kau baik-baik saja, Hard?"
"Yang tidak baik-baik saja jelas bukan aku, tapi kau. Cello menitipkan salam padamu. Dia, paman dan bibi pulang saat kau tertidur di pinggir kolam. Cello juga yang memindahkanmu ke kamar. Memalukan."
Val merasakan kepalanya sakit, ia mengerjapkan mata beberapa kali, melihat langit-langit kamarnya yang berwarna biru muda. Ya, benar, ini kamarnya.
Hardwin meninggalkan Val yang masih kebingungan. Gadis itu mencari ponselnya, ia mencari ayat-ayat Fetuu Gagana dengan bantuan google. Semua yang dituliskan Alton sama persis dengan yang ia temukan di salah satu website yang mengulas sejarah sihir itu. Val Kembali ke ranjangnya, mengangkat bantal tidurnya, namun ia tak menemukan sepotong kertas yang ditulis Alton di sana.
"Jika ini memang hanya mimpi mengapa semua terasa jelas sekali? Begitu nyata. " Pungkasnya dalam hati.
Badan Val kembali lemas, matanya tak bisa terbuka dengan sempurna. Ia sulit bernapas, rasanya begitu sesak dan menyakitkan.
Hardwin tersenyum dari dalam kamarnya, potongan kertas itu ada padanya. Laki-laki muda itu terus merapal ayat-ayat Fetuu Gagana dengan cara berbeda, dari belakang ke depan, sehingga iblis-iblis yang dikirimkan untuk merenggut nyawanya justru kembali ke si pengirimnya. Sayangnya, Alton, si penjual buku, tidak memberi informasi lengkap bagaimana mantera itu bekerja.
Hardwin mendatangi kamar kakaknya, memastikan gadis itu sudah tak lagi bernyawa.