"Ya, tapi tidak untuk kali ini. Ah, ya, apa kau tahu dulu saus tomat pernah diperjualbelikan sebagai obat?"
Val mengendikkan bahunya. Keningnya berkerut.
"Karena saus tomat dulu berbahan jamur. Tapi sebutannya saja saus tomat, tidak ada kandungan tomat sama sekali. Orang-orang jaman dulu selalu aneh, sekalipun mereka cerdas. Kau jangan terlalu banyak menonton drama korea, Val. Lihat, apa ada laki-laki yang menjemputmu untuk sekedar makan seblak di Paulton's Park beberapa bulan terakhir? Tidak ada, kan? Karena tidak semua laki-laki suka perempuan manis yang hanya senang dengan romantisme musim salju. Mereka butuh perempuan cerdas yang bisa diajak diskusi."
Val terhenyak, Hardwin selalu bisa mematahkan dirinya hanya dalam beberapa kalimat saja. Dan ini sudah kesekian kali acara sarapan menjadi momen mengerikan.
Ibu datang di saat yang tepat. Perempuan paruh baya yang masih cantik itu paling tidak suka jika ada perdebatan di ruang makan. Namun, ibu pun tak pernah melarang Hardwin untuk berkata-kata yang menyebalkan, dan ayah, ia tidak peduli dengan apa pun kecuali pekerjaan.
10 tahun belakangan, kakak-beradik ini tidak lagi tidur sekamar. Val yang memohon pada kedua orang tua mereka agar kamar keduanya dipisahkan. Hardwin terkadang tak peduli jika saudarinya butuh privasi. Hardwin suka diam-diam membaca buku harian Val kemudian menjadi bahan bulan-bulanannya sebagai hiburan.
Ada kejadian yang membuat Val merasa benar-benar dipermalukan. Hardwin meledeknya setelah ia berhasil menemukan sebuah fakta dari dalam buku harian Val, saudarinya itu menyukai Cello, sepupu mereka. Â
Pada malam Natal tahun lalu, keluarga mereka mengundang Cello beserta Paman Billie dan Bibi Ruth, kedua orang tuanya. Selepas acara makan malam, para orang tua berbincang di ruang keluarga. Tiga sepupu ini memilih berbincang di kolam ikan samping rumah dengan sebotol wine yang diambil Hardwin diam-diam dari lemari ayah.
"Cello, apa kau akan menikah dengan kakakku?"Â Hardwin melempar tanya tanpa merasa berdosa.