Mohon tunggu...
Teddiansyah Nata Negara
Teddiansyah Nata Negara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ordinary People

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Cinta sama Allah

1 November 2024   15:45 Diperbarui: 1 November 2024   15:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Insan baru pulang kuliah sore, kuliah hari ini bener-bener padet. Dia pusing banget karena harus revisi tugas yang minggu kemarin. Tuganya ngoding, menang Insan udah biasa sama tugas jenis itu. Tapi, dia males aja, kayak pengen ngaso di tempat tidur. Mana rumah Insan sama kampus jauh pula.

Universitas Buana itu ada di Bandung, sedangkan rumah Insan ada di Sumedang. Insan sebenernya bisa sih nginep di rumah neneknya yang deket kampus, tapi dia lebih suka pulang ke rumahnya. Bukan karena apa-apa, dirumahnya itu banyak file-file penting yang gak bisa diangkut ke rumah neneknya.

Waktu keluar kelas, Insan iseng-iseng liat media sosial. Dia gak sengaja ngeliat status temennya, temen Fadly, Rozi, Firman sama Nata juga. Namanya Mukti, dia juga temen SMPnya Faldy, Nata, juga Rozi. Mukti juga kenal sama Firman. Dia kuliah di Institut Hasan Mustafa jurusan Teknik Informaika.

Insan kaget liat foto mukti lagi di stasiun sama perempuan. Dia bingung karena emang Mukti ini udah lama banget gak ikut-ikutan kumpul sama anak-anak yang lain. Denger-denger, katanya dia juga udah jarang banget pulang ke rumahnya. Mungkin dia udah bucin sama perempuan itu, pikir Insan dalem hati.

Tapi dia kepikiran, kalau temen-temen yang lain harus tau. Dia akhirnya telpon Fadly buat nanya dia ada dirumah atau enggak, dia mau mampir dulu ke rumah Fadly. Rumah yang biasa diajak kumpul abis maghrib seperti biasa. Insan juga suruh Faldy ajak yang lain, kayak Rozi, Nata, juga Firman.

Insan sama Nata udah ada di rumah Fadly, mereka lagi nunggu kabar Rozi. Kalau Firman katanya gak bisa ikut, karena mau persiapan nikah katanya. Gak lama akhirnya Rozi dateng.

"Nah,akhirnya dateng juga" kata Insan

"Iya, nih. Tadi aku disuruh jemput adik dulu" jalas Rozi

Rozi akhirnya duduk. Mereka duduk melingkar di atas karpet. Ditemani dengan secangkir kopi dan odading yang Insan beli di pasar deket kecamatan. Sambil makan odading mereka dengerin cerita Insan yang abis nemu foto Mukti sama perempuan, diliatin juga fotonya ke mereka.

"Aku pernah nih ketemu sama peremuannya, pernah diajak Mukti dullu. Udah lama banget sih, sebelum dia ilang-ilangan kayak sekarang" kata Nata

"Aku bahkan belum liat sama sekali" kata Fadly

"Sama, aku juga belum pernah liat" sahut Rozi

"Kamu ketemu dimana, Nat?" tanya Insan

"Dulu sih pernah diajak main bareng, makan bareng gitu lah. Aku juga udah pernah cerita kekalian" jawab Nata

"Berarti kita lupa" kata mereka bareng sambil ketawa

Mereka akhirnya diskusi tentang asalan Mukti gak pernah kumpul juga jarang pulang ke rumah. Padahal dulu rumah Mukti sering dipake kumpul juga, sebelum akhirnya kumpulan itu pindah ke rumah Fadly. Mereka kayak pindah ibu kota negara aja.

"Kalian tau gak, Mukti pernah dilarang deket sama perempuan ini loh" kata Nata sambil pasang muka serius

"Wah, masa?" kata mereka berbarengan lagi,sambil pasang muka penasaran

"Iya, dulu itu aku pernah denger curhatan dia. Dia dilarang deket sama perempuan ini karena mereka itu beda suku. Kayak di novelnya Hamka gitu lah, yang judulnya Tenggelamnya Kapal Van Der Vijck. Tapi ini versi laki-lakinya" lanjut Nata

Rozi, Fadly, sama Insan makin penasaran. Mereka sampe deketin mukanya ke deket Nata

"Gak usah deket-deket juga, nafas kalian gaenak" kata Nata sambil ketawa

"Eh gak sadar aku, karena penasaran banget ini" kata Fadly

"Lanjut, Nat. Lanjut" kata Insan

"Iya, mungkin karena Mukti terlanjur cinta. Dia akhirnya malahkabur-kaburan kayak seakrang. Lucu kan, mirip cerita sinetron di tv" lanjut Nata sambil ketawa

"Lagian kenapa sih ya, dia sampe segitunya cinta sama perempuan" bingung Rozi

"Ini, nih. Orang yang gak pernah ngerasain cinta-cintaan. Jadinya gak tau rasanya jatuh cinta" kata Faldy sambil ketawa

"Emang kamu udah pernah cinta-cintaan, Fad?" tanya Rozi

"Belum juga sih" jawab Faldy sambil ketawa keras

Mereka akhirnya ketawa sambil makan odading yang tinggal sedikit. Waktu Insan lagi nyeruput kopinya. Nata lanjut ngomong.

"Mungkin itulah yang namanya cinta, cinta itu katanya kan gak kenal logika" kata Nata

"Bahkan aku pernah denger kata Sujiwo Tejo, kalau cinta itu gak kenal pengorbanan. Kalau yang cinta itu sudah merasa berkorban, berarti dia udah gak cinta" sambung Nata

"Nah, ayo kita masukan obrolan ini ke pandangan yang lebih serius" kata Rozi

"Lebih serius apa nih maksudmu, Zi" tanya Insan

"Ya kayak hubungan kita sama Gusti Allah, menurutku sih harus pake cinta" jawab Rozi

"Pakek cinta gimana sih maksudmu, Zi" tanya Fadly

"Kalau misal kita udah cinta, kita gak akan pernah dengan terpaksa melakukan perintahnya. Kita pastinya melakukan perintahnya dengan senang hati dan tanpa pamrih" sambung Rozi

"Widih, keren nih kata-katanya" komentar Insan

"Aku setuju, Zi. Menurutku kita emang gak boleh pamrih sama Gusti Allah, karena emang kita gak mampu juga gak layak buat itu. Pahala ibada kita itu belum tentu bisa bayar nikmat berkedip yang Gusti Allah kasih ke kita, mana bisa kita pamrih" sambut Nata

"Iya, Nat. Aku pernah denger menrut Habib Jafar. Dia bilang kalau ibadah itu bukan cara kita buat masuk surga, tapi cara kita merayu Gusti Allah supaya dimasukanke surganya. Karena emang gak akan pernah kebayar sepetak tanah surga sama ibadah kita" sambung Rozi

Mereka berempat akhirnya saling bengong dan menginat betapa banyak nikmat Gusti Allah yang sudah diberikan. Seperti nikmat makan odading yang ternyata tinggal satu lagi.

"Wah, Fad. Kamu diem-diem ternyata abisin odadingnya, ya?" tuduh Rozi

"Loh, kok udah abis lagi. Perasaan tadi masih banyak" kata Fadly

"Itulah nikmat Gusti Allah yang kita gak pernah sadari, makan odading sampe tinggal satu" kata Insan

"Kalau gitu, ini aku habisin aja ya" kata Nata sambil ketawa ambil odading yang tinggal satu

"Yeh, padahal aku mau ambil itu" kata Rozi

"Gampang, nanti kita beli lagi. Sekalian buat temen nonton bola nanti malem. Boleh kan kita nginep buat nonton bola, Fad?" kata Insan

"Boleh kok, besok aku libur. Kalian juga libur kan?" kata Fadly

"Yah, aku ada matkul besok jam 7. Tapi gampang lah, bisa titip absen" sahut Nata sambil ketawa

"Dasar. Titip absen mulu kamu, Nat" sindir Rozi sambil ketawa

Mereka akhirnya ketawa bareng, sambil liatin Nata habisin odading yang tinggal satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun