Mohon tunggu...
Tmarsyam
Tmarsyam Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Seorang freelancer penulis fiksi. Pengurus beberapa personal blog. Kunjungi akun instagramnya di tautan terlampir. Salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Belum "Mati"

18 Agustus 2018   18:37 Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:50 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sontak saja aku menganga dengan ucapan itu. Alangkah dalamnya kata-kata itu.

Namun belakangan baru aku sadari jika itu keluar dari mulut seorang yang aku sendiri kurang enak menyebutnya sebagai orang dengan sebutan 'sakit jiwa'. Tapi aku tidak punya istilah lain lagi. Mungkin bisa aku haluskan dengan sebutan penderita keterbelakangan mental. Namun pada akhirnya orang akan mengembalikan sebutanku itu dengan pilihan yang pertama.

Saat dia bercerita dengan antusias itu, aku mencoba memandangkan dalam kearah matanya. Betul memang tatapannya ada kekosongan. Tapi sekali lagi tak kutemukan celah cacat dari caranya menyusun kata-kata. Bahkan terdengar sangat diplomatis sekali. Dan kali ini dikelilingi mama papanya dan tentu saja aku, Rinto bukan ingin menceritakan hal berbau politik lagi. Diluar dugaanku kali ini Rinto mulai ngelantur soal pengalamannya yang aku sendiri sedikit ragukan kebenarannya.

"mata saya terbuka, kiri kanan orang minta tolong dengan kencang."

Rinto bercerita sambil kedua tangannya mengepal dan membawa ekspresi takut yang luar biasa

"lalu?" Entah apa yang ada difikiranku saat itu, aku malah benar-benar menjadi tertarik dengan ceritanya

Mulutnya gemetar sejadinya. Tatapan matanya yang kosong kini memerah dan mengeluarkan air. Rinto tiba-tiba saja menangis

"aku tidak sanggup melihatnya. Ada yang ditombak dibagian kelamin. Ada yang lidahnya digunting."

Rinto menutup telinganya, ia menggeleng-geleng kencang. Aku bisa melihat rasa takut yang luar biasa ada pada dirinya saat menceritakan itu.

"hei,Rinto. Tenang!Tenang!"

Kataku seraya menempelkan kedua tanganku dikedua sisi pundaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun