Brandon terusik ketika namanya disebut dalam obrolan papa-papa itu dan langsung menolehkan kepalanya kearah mereka berdua. Mendapati itu Papa Brandon lantas tersenyum kearah Brandon. Dengan segelas air soda ditangan kanan dan hidangan kue brownis buatan mama ditangan kiri, Pak Cahyo itu mulai menyuarakan satu rahasia kepada Papa Neisya yang sekaligus juga untuk Brandon dan Neisya.
"Brandon akan aku kuliahkan di Australia. Disana ada satu kampus cukup baik untuk mengembangkan ketertarikan Brandon dengan dunia menulis."
Seketika Brandon kaget bukan main. Dia terkejut dengan rencana papanya yang baru saja dia dengar. Dan Brandon sangat tidak suka membantah. Apalagi dengan papanya. Apalagi untuk hal kebaikan masa depannya. Brandon seolah tak punya nyali dan pilihan lain untuk berkata tidak akan keputusan itu.
"wah bagus itu, bro." timpal papa Neisya.
Neisya yang saat itu ada berdekatan dengan Brandon langsung memandang Brandom dalam-dalam. Sepertinya Neisya menyadari jika liburan kali ini mungkin jadi liburan terakhir bersama bagi keduanya. Tak terasa air mata mengalir disela-sela pipi Neisya. Brandon hanya bisa berdiam dan membalas tatapan itu dengan raut sedih.
"Maaf Neisya!" Brandon tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia seolah tahu bahwa rencana itu akan tetap terlaksana bagaimanapun keadaan keduanya, perasaan ataupun alasan yang masih samar-samar untuk mereka dalam bertahan menjalani hubungan tak berstatus.
Neisya menyeka air matanya sendiri. Mencoba tegar dengan fakta yang diterimanya dan sadar bahwa itu juga baik bagi Brandon.
"nggak apa-apa kok. Gue ngerti."
"lo baek-baek ya disana nanti. Sering-sering kabarin gue. Sering-sering kirim gue tulisan lo." Pinta Nesiya ditengah nuansa haru itu.
Keduanya memutar rasa kaku itu dengan tertawa kecil untuk menenangkan perasaan masing-masing.