Brandon (18 tahun) adalah sulung dari adiknya bernama Meira (16 tahun) dan anak seorang pengusaha mebel yang sukses di Ibukota. kehidupan keluarganya tidak kekurangan suatu apapun. Kedua orangtua yang harmonis dan pengertian. Juga bisa dibilang gaul dan mengikuti tren yang ada dikalangan anak mudah era kekinian. Itu yang membuat Brandon dan Meira merasa seperti tidak ada jarak dengan kedua orangtuanya. Meski  begitu mereka tetap sadar batasan norma kesopanan yang harus dipegang terhadap orang yang lebih tua.
"abang nggak maen musically juga?" tanya mama iseng.
Brandon terpelongo mendengar kegaulan mamanya itu dan sontak tersenyum kecil menatap sang mama.
"apaan sih, ma. enggak lah. alay. haha.." jawab Brandon.
"tapi nggak tahu ya kalau Meira ikutan main. Nggak salah juga sih."
Lanjut Brandon sambil menolehkan pandangannya kepada adik kesayangannya itu. Seketika Meira juga tergelitik dengan candaan itu dan tersenyum kecil pula menanggapi kata-kata itu.
"enggak ah. Ribet. Muter-muter hape kayak gasing."
dan mama mereka hanya tertawa kecil mendengar jawaban anaknya yang agak sungkan menirukan tren terbaru anak-anak seusia mereka.
Brandon lebih suka menulis. Dia adalah seorang blogger dengan tulisan yang cukup disukai penggemarnya disosial media miliknya. Tak jarang juga dia mengikuti kontes menulis blog dan memenangkan kompetisi itu dengan sangat apik. Kedua orangtua Brandon sudah mengetahui bakat anaknya itu sejakdulu. Sejak kecil Brandon memang terbiasa menulis diary. Awalnya mama papanya agak risih mendapati anak lelaki satu-satunya itu doyan sekali menulis di catatan harian yang biasa dilakukan anak perempuan.Â
Namun itu tidak berapa lama sampai akhirnya mereka sadar jika anak mereka bisa lebih ekspresif ketika meluapkan perasaannya didalam tulisan. Dan sejak itulah kedua orangtua nya terus mencari kesempatan untuk anaknya agar bisa terus mengembangkan bakatnya. Baik itu komunitas penulis, seminar menulis atau bahkan lomba menulis terus diusahakan mama papanya untuk Brandon bisa terus mengasah bakatnya itu.
"udah bikin cerpen baru belum bang?" tiba-tiba papa Brandon menghampiri mereka dan langsung bertanya kepada anak jagoannya itu.
Brandon tersenyum simpul, menunduk sedikit malu.
"belum, pa. belum dapet idenya."
Papa Brandon kemudian mendekatkan tubuhnya kearah anaknya itu dan memberi sebuah pelukan kecil.
"ya sudah. kenapa mesti malu sih sama papa."
di sudut lain, adiknya- Meira ikut memberikan komentar untuk Brandon.
"iya. abang nih apaan deh. lebay aja."
dan semuanya tertawa bahagia. Menganggap itu lelucon yang cukup menghibur.
Walau terkesan introvert. Brandon bukan seorang anak yang lemah. Tak sedikit ia berkelahi dengan pemuda-pemuda yang diketahuinya menggodai adik kesayangannya itu. Brandon tampil bak pahlawan super membela Meira dibarisan depan kapanpun dibutuhkannya dalam pertolongan. Brandon satu tipe lelaki yang bertempramen dingin namun tetap tegas. Itu sedikit mengalir dari darah kakeknya yang berlatar belakang militer.
Keluarga Pak Cahyo (47tahun) bersahabat baik dengan keluarga Pak Deny (46tahun). Sejarah persahabatan mereka dimulai dari sekolah menengah atas. Hingga masing-masing sudah memiliki anak dan istri namun jalinan persahabatan itu tetap erat sampai saat ini.
Pak Deny mempunyai putri tunggal bernama Neisya (18tahun) seumuran dengan Brandon. Karena sangking kompaknya, waktu menikah dan mempunyai anakpun keduanya baik Cahyo ataupun Deny memilik waktu yang bersamaan. Hanya saja Deny tidak seberuntung Cahyo yang mempunyai dua anak lengkap laki-laki dan perempuan. Itu terjadi karena rahim istrinya yang lemah yang tidak memungkinkan lagi untuk bisa melahirkan anak untuk Deny.
Kedua anak merekapun meneruskan keakraban yang sudah dibangun sejak lama oleh papa masing-masing. Brandon dan Neisya sangat akrab. Dan tak jarang mereka saling bertukar pendapat dan sharing masalah pribadi masing-masing.
Nesiya sangat menyukai fotografi. apalagi jika memotret keindahan langit dikala senja. Juga pelangi yang hadir ditengah dekatnya langit pada malam hari. Neisya hampir mirip dengan Brandon. Cukup melankolis. Namun jika Brandon menuangkan itu kedalam ragam tulisannya, berbeda dengan Neisya yang menghabiskan waktunya untuk melukiskan keindahan alam semesta melalui sebuah potret.
"lo ikut kan nanti ke Bali lagi?" tanya brandon diujung telpon kepada Neisya.
Neisya tanpa canggung menjawab pertanyaan itu dengan lugas.
"iya lah. Ngapain lagi gue kalau dirumah aja. Kan udah biasa keluarga kita liburan bareng ke Bali dan kita semua ikut. lo aneh ih"
Balas Neisya sedikit menggodai Brandon yang memulai percakapan dengan tanya basa-basinya.
Dan tanpa diduga, diruang keluarga itu hadirlah Meira tiba-tiba dan langsung mengolok-olok abangnya itu. Lalu seketika itu juga muka Brandon memerah dan menunduk malu.
"Ih, ketahuan telponan sama mbak Neisya ya? hayoo!"
kemudian Meira langsung melonjorkan tubuhnya mendarat di sofa dimana Brandon sudah lebih dulu bersantai disitu.
"elah bang, kenapa nggak jadian aja sih kalian berdua. Cocok tahu!"
"idih, apaan sih mulutnya. Masih kecil juga ikut campur urusan orang dewasa." Brandon jadi salah tingkah.
Meira melipat kedua tangannya didada seolah ingin menggurui Brandon.
"Gini ya bang. Pertama, Mei bukan anak kecil lagi. Mei udah cukup gede lagi soal ini. Buktinya Mei duluan yang punya pacar dibanding abang. Kedua, Mei tahu lagi gimana perasaan kalau diposisi mbak Neisya sekarang."
Mendengar itu, Brandon terdiam dan tertegun dengan ceramah singkat adiknya yang tiba-tiba saja menjadi sangat bijak.
Memang urusan cinta Brandon tidak seperti Meira yang ekspresif dan lebih terang-terangan dalam mengungkapkan perasaannya. Itu bisa jadi karena sifatnya yang lebih suka menuangkan segala pemikiran dan perasaannya didalam tulisan. Karena itulah menjadikan Brandon bisa dikatakan kalah langkah dengan Meira dalam urusan ini.
Tapi untuk mengerti betul perasaan apa yang sebenarnya ada diantara keduanya. Antara Brandon dan Neisya, tidak semudah menuliskan kata-kata puisi bagi Brandon atau memotret keindahan Pelangi dikala senja bagi Neisya. Semuanya terasa tersamar karena hubungan persahabatan yang lama. Juga karena hubungan karib kedua papanya yang membuat mereka berfikir ulang tentang satu kepastian hubungan.
"udah ya. Gue mau nyiapin kamera gue buat besok berangkat. Lo jangan lupa bawa laptop. Siapa tahu disana dapet ide tulisan baru." Ujar Neisya mencoba mengakhiri perbincangan via telponnya.
Brandon pun mengiyakan itu dan menutup telponnya dengan Neisya.
Sejurus dengan pesan Neisya barusan. Brandon langsung saja bangun dari posisi santai dan melangkah kelantai dua menuju kamarnya.
"lah, abang! Mei ditinggal gitu aja?" celetuk Meira.
"terus abang harus ngapain? nggak mungkin kan abang gendong lo keatas. Udah gede tahu. Inget berat badan!
Mendengar kata 'berat badan' mendadak Meira jadi bete.
"Ih abang! sebel deh!"
"Maaa.....!" Â Meira mengadu ke mamanya.
Dari arah dapur Mama keluar dan menghampiri Meira.
"ada apa sih sayang? Mama lagi mau bikin brownis nih buat dibawa besok."
"itu tuh bang Brandon. Ngomong-ngomong soal berat badan. Kan baper jadinya. Emang Mei gendutan ya ma?"
Lalu sontak saja mama mencubit manja anak bungsunya itu.
"ih, kirain mama ada apa. Gitu doang malah baper."
"ini juga abangnya ada-ada aja." ujar mama sambil menatap kearah Brandon yang melangkah kelantai atas.
Brandon membalas dengan senyum dan Meira tetap dengan cemberutnya.
Dibali kedua keluarga tersebut menginap dihotel langganan. Hotel yang sama yang selalu mereka pesan jika berlibur di Bali. Lalu kebiasaan mereka ketika menghabiskan waktu liburan bersama selalu menyempatkan untuk barbeqyu-an di ruang terbuka hotel yang telah disiapkan.
Dengan kolam renang yang cukup luas. Kursi untuk berjemur yang nyaman. Lalu hidangan barbeqyu-an yang apik juga pemandangan langit yang mempesona seperti biasa menjelang senja datang lalu berganti malam. Kebetulan sekali, cuaca kali ini sangat tepat dan disukai semuanya terutama Brandon dan Neisya. Pelangi yang hadir setelah tadi rintik menghujam bumi dengan damainya. Maka lengkaplah pemandangan memanjakan mata itu dengan pelangi diatas langit dengan warna senja temaramnya.
"Ini sebetulnya kejutan untuk Brandon. Tapi nggak apa-apa kalau aku kasih bocorannya sekarang." ungkap Papa Brandon kepada Papa neisya yang juga didengar oleh Brandon dan Neisya.
Brandon terusik ketika namanya disebut dalam obrolan papa-papa itu dan langsung menolehkan kepalanya kearah mereka berdua. Mendapati itu Papa Brandon lantas tersenyum kearah Brandon. Dengan segelas air soda ditangan kanan dan hidangan kue brownis buatan mama ditangan kiri, Pak Cahyo itu mulai menyuarakan satu rahasia kepada Papa Neisya yang sekaligus juga untuk Brandon dan Neisya.
"Brandon akan aku kuliahkan di Australia. Disana ada satu kampus cukup baik untuk mengembangkan ketertarikan Brandon dengan dunia menulis."
Seketika Brandon kaget bukan main. Dia terkejut dengan rencana papanya yang baru saja dia dengar. Dan Brandon sangat tidak suka membantah. Apalagi dengan papanya. Apalagi untuk hal kebaikan masa depannya. Brandon seolah tak punya nyali dan pilihan lain untuk berkata tidak akan keputusan itu.
"wah bagus itu, bro." timpal papa Neisya.
Neisya yang saat itu ada berdekatan dengan Brandon langsung memandang Brandom dalam-dalam. Sepertinya Neisya menyadari jika liburan kali ini mungkin jadi liburan terakhir bersama bagi keduanya. Tak terasa air mata mengalir disela-sela pipi Neisya. Brandon hanya bisa berdiam dan membalas tatapan itu dengan raut sedih.
"Maaf Neisya!" Brandon tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia seolah tahu bahwa rencana itu akan tetap terlaksana bagaimanapun keadaan keduanya, perasaan ataupun alasan yang masih samar-samar untuk mereka dalam bertahan menjalani hubungan tak berstatus.
Neisya menyeka air matanya sendiri. Mencoba tegar dengan fakta yang diterimanya dan sadar bahwa itu juga baik bagi Brandon.
"nggak apa-apa kok. Gue ngerti."
"lo baek-baek ya disana nanti. Sering-sering kabarin gue. Sering-sering kirim gue tulisan lo." Pinta Nesiya ditengah nuansa haru itu.
Keduanya memutar rasa kaku itu dengan tertawa kecil untuk menenangkan perasaan masing-masing.
"hehe..iya. Lo juga jangan lupa. Sering-sering kirimin gue hasil potretan lo. khususnya yang ada pelanginya."
Nesiya memukul pelan kepala Brandon dan mengucapkan kata-kata guyon, "ya nggak segampang itu kali. Nggak setiap waktu ada pelangi."
Dan keduanya kembali tertawa pelan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H