Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Usia Bukan Ukuran dari Kedewasaan Seseorang

30 Agustus 2018   07:56 Diperbarui: 31 Agustus 2018   01:42 5473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti halnya bila dokter mau mengobati pasien, perlu tahu terlebih dulu, apa penyebabnya? Kalau pasien berteriak-teriak karena mabuk, tentu tidak dibawa ke RS Jiwa, tapi disuruh istirahat. 

Kalau pasien lemas, karena belum sarapan, ya akan disuruh makan dulu. Nah, bilamana sikap kekanak-kanakan ini hanya dilakukan oleh satu atau dua orang, mungkin saja dapat dianggap kelainan jiwa atau semacam itu. Tetapi, belakangan ini, jumlah yang mengalami kelainan jiwa ini sudah tidak terhitung lagi. 

Malahan di antaranya terdapat orang orang yang ditokohkan dan selama ini dijadikan panutan, tapi menunjukan perilaku seperti anak anak. Penyebabnya boleh jadi karena kurang mendapatkan rasa kasih sayang dalam keluarga sejak masih kecil.

Trauma ini terbawa hingga dewasa dan secara tanpa sadar, "melakukan balas dendam" terhadap siapapun yang tidak disukainya. Hal ini dapat disebut sebagai "distorsi" kejiwaan yang sudah parah.

Tingkat kedewasaan seseorang, tentu tidak dapat ditakar ataupun diukur dengan ilmu matematika, melainkan dari sikap mental dan perilaku yang ditampilkannya, dalam menyikapi dan menghadapi berbagai tantangan dan masalah dalam kehidupan bermasyarakat. 

Kendati tak seorang pun manusia yang sempurna di dunia ini, namun sebagai makluk yang berharkat dan bermartabat, tentu kita wajib untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, sepanjang kemampuan kita untuk meraihnya.

Berpijak pada falsafah, "Belajar sejak dari buaian hingga ke liang lahat". Maka berarti tidak ada kata terlambat untuk berubah. Nilai seseorang, tidak diukur dari jumlah gelar yang disandangnya, bukan juga dari tinggi rendahnya jabatan ataupun jumlah kekayaan yang dimilikinya, melainkan seberapa jauh hidupnya memberikan manfaat bagi orang banyak.

Seperti kata-kata bijak mengatakan, "Sebaik-baiknya orang adalah orang yang hidupnya bermanfaat bagi orang lain" (anonim)

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun