Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana Perwujudan Miniatur Indonesia

18 Desember 2015   18:31 Diperbarui: 18 Desember 2015   18:51 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rakyat Jelata

Pak Tjip, masalahnya banyak orang yang tidak ikhlas melihat kebagiaan orang lain, yang dia juga ingin terlibat di dalamnya tetapi dia belum mendapat rizki tersebut. Apalagi kalau dia merasa lebih berhak dari orang-orang yang berbahagia itu. Alhamdulillah saya ikut merasakan kebahagiaan itu. Mudah-mudahan yang merasa tersakiti bisa segera mendapat kebahagiaan. Salam hormat, Pak Tjip!

Hantus Tommy

Kalau pun ada yang sakit hati (karena tulisan Pak Tjip baik itu yang judul makan semeja dengan Presiden RI ataupun jalan2 keluar negeri) berarti belum siap melihat orang lain bahagia, Pak Tjip... Berbagi pengalaman baik kebahagian ataupun kesedihan kepada orang lain itu adalah suatu pembelajaran hidup

RITA AUDRIYANTI

Hmmm..... Om Tjip, bagi saya sejauh ini tulisan Om biasa saja, normal, "tidak menganggu" bahkan sering inspiratif. Saya sadar, bahwa hidup ini akan selalu pro kontra dengan apa yang kita lakukan. Ada yang subyektif, ada yg objektif. Maksud saya, mudah2an "colekan" seseorang via inbox tidak menganggu kenyamanan Om Tjip.

Tapi saya juga angkat topi dengan jiwa sensitif Om Tjip yang berunjuk minta maaf jika postingan tsb menganggagu. Salut. Salam damai Om dari negeri jiran.

Marzozen MSatin

terenyuh juga baca artikel om ini, om yang tua masih ingin mawas diri. Jelas kita hidup tidak bermaksud buruk bagi sesama dan juga tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang, salut om, wassallam

Ma'arif Setyo Nugroho

Sebenarnya jika ada yang benar-benar terluka itu bukan karena artikelnya, pak TJip, tetapi lebih karena prosedurnya. Justru saya menunggu semua kompasiner yang datang menuliskan kisahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun