Opa Tjip, bukankah Opa selalu mengingatkan saya, bahwa tidak mungkin kita mampu membahagiakan semau orang dan adakalanya kita melukai tanpa pernah kita kehendaki. Opa, yang opa lakukan sudah benar dan tidak ada masalah, karena hanya menceritakan secara sederhana. Salam Hangat Saya dari Kalimantan Opa
Esther Liem
Tidak bisa memuaskan hati setiap orang ya Opa....menurut saya, tanpa bermaksud memuji, mencoba menilai dengan netral, selama ini tulisan2 Opa sudah dimaksimalkan menjaga hati kok. Let it go Opa.
Gherly Moel
Jadi diri sendiri saja pak, jangan mau diatur-atur orang lain. Apalagi bapak sudah sepuh, banyak makan asam garam kehidupan, tahu mana yang baik mana yang buruk. Tak ada hak orang lain mengatur atur apa yang akan bapak tulis dan sharing ke teman teman lain.
Hendro Santoso
Pak Tjip siapa yang terluka?. Sebuah artikel akan menjadi pelajaran berharga bagi para pembaca Pak Tjip selama ini, bukan melukai.
Pak Tjip, saya tidak yakin kenapa orang harus terluka dengan artikel Bapak apalagi katanya sampai ribuan orang. Hanya orang-orang yang iri saja yang terluka karena mereka tidak beruntung bisa memiliki kesempatan makan siang bersama RI 1 seperti Pak Tjip dan teman-teman yang lain. Salam hangat semoga tetap sehat Pak Tjip.
Fantasi
Saya tidak mengerti mengapa "banyak" orang terluka dengan artikel Pak Tjip. Mekanisme pemilihan Kompasianer yang diajak ke istana sama sekali di luar kendali, bahkan bagi sebagian besar di luar pengetahuan, 100 orang yang makan siang bareng presiden. Mereka (termasuk Pak Tjip) tidak merebut kesempatan orang lain, apalagi dengan cara-cara yang tak etis. Saya ikut menikmati kebahagian Kompasianer yang diundang ke istana oleh Presiden dan ikut senang membaca tulisan-tulisan mereka, meskipun saya tidak termasuk yang diundang.
Boyke Abdillah