Bisa makan semeja dengan presiden, akan merupakan suatu kebanggaan bagi banyak kompasianer lain, kompasianer "kecil", kompasianer "remeh", menjadi suatu harapan. Maka pantas mereka sedih terluka, seperti tangis para pemain bola yang gagal meraih juara dunia, setiap melihat juara mengangkat piala.
Untuk pak Tjip, makan semeja dengan presiden tentu hal biasa, menceritakannya juga tanpa berbangga. bukan salah pak Tjip,
Anna Melody
Woles aja pak tjip, saya malah sangat terinspirasi dengan tulisan pak tjip, siapa tahu dengan terus menulis ntar diundang makan siang jokowi, ex presiden 10 thn lagi pun gpp, hahaha... Kita menulis untuk dibaca, bukan untuk diundang siapa2, apalagi untuk menyenangkan hati banyak orang...
Praboho Subianti
Ikut prihatin dengan semua yang telah terluka karena adanya makan semeja dengan RI1, semoga Pak Presiden baca artikel dan segera mengundang org yang sakit hati tsb. dan sakit hatinya segera terobati.
Axtea
Pak Tjipta, rasa nya nggak mungkin Kita bisa membuat semua orang Seneng dengan Apa yang Kita Tulis.
Agung Prasetyo.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan menurut saya: 1. orang yang picik tidak dapat mengambil pelajaran dan 'intisari' dari suatu hal, termasuk artikel. 2.
orang butuh pembanding untuk melakukan sesuatu, meraih sesuatu dan menerima sesuatu. hal ini penting untuk seseorang dalam menganalisa sesuatu termasuk artikel. bagi saya sendiri sih, ada hal2 yang bisa diterapkan secara pribadi dari artikel pak Tjipta. termasuk yang keluar negeri.