Mulai dari Altar pergi ke pasar, kembali ke Altar jangan sampai kita pergi ke pasar tanpa ke Altar, lama-lama kesasar di pasar. Tiket masuk ke Surga yang Yesus janjikan adalah iman pada Yesus dan perbuatan mengikutiNya, itu yang harus kita buat sendiri. Maka Yakobus berkata dalam Yakobus 2:17, “iman tanpa perbuatan adalah mati”.
Saudara saudari yang terkasih,
kalau Surga yang kita imani itu sungguh kita rindukan, sebagai tujuan akhir dari perjalanan hidup di dunia ini, kematian adalah pintu masuk yang kita sambut. Dan kehidupan adalah sukacita dan kegembiraan, karena kita akan berjalan menuju sesuatu yang kita impikan dan dambakan.
Kesedihan ditinggal orang yang kita cintai adalah nomal, tapi iman seharusnya meneguhkan kita, bahwa kerabat dan sahabat yang wafat akan mendapat tempat di sisi Tuhan karena belas kasihanNya. Ia bahagia, mereka bersuka cita.
Kalau saya berdoa di depan abu jenasah Mama dan Papa serta Koko saya, di Gereja Santo Laurentius sukajadi, saya tidak berdoa, “ya Tuhan, semoga mereka bahagia, diampuni dosanya, jiwanya diselamatkan”. Saya yakin mereka sudah masuk Surga, ditebus oleh Tuhan karena belas kasihNya.
Saya bersyukur di sana, berdoa bersyukur atas kehidupan yang Tuhan berikan lewat mereka kepada saya. Saya memohon bahkan memohon kepada mereka, “Mah, doakan Anton supaya menjadi gembala yang baik. Pah, doakan. Koh, doakan”. Mereka meninggal 6 tahun yang lalu, 3-4, 5 tahun yang lalu.
Saya maka kadang-kadang tergelitik, ada orang yang meminta intensi misa untuk saudara-saudaranya yang sudah puluhan tahun. Mohon dosanya diampuni, supaya ia diselamatkan. Aduh … udah sekian tahun belum diselamatkan juga, kasihan, padahal orangnya sudah bersukacita.
Kita yang membayangkan ia masih berada di api pencucian atau sedang menderita. Tidak! Iman itulah yang menyelamatkan kita. Iman itulah yang membuat kita sukacita menghadapi kehidupan dan sukacita menerima kematian.
Ada seorang Romo berkata temannya yang batuk-batuk,
“Eh … cepat periksa! Nanti makin parah”.
“Ah, saya tidak takut mati!”