Ide cemerlang bapak tidak pernah surut.
“Karena ibu pandai menjahit” Menunjuk tumpukan kain garapan ibu.
“Bagaimana jika ibu menjahit masker merah jambu berbordir tulisan surgaku?” Terang Bapak.
“Bisa kita jual, Pak? Hasilnya bisa kita sumbangkan untuk keluarga Niam.” Lanjut Ibu melihat Nanut yang melonjak-lonjak sorak hore, karena bakal disibukan selama masa tunda pembelajaran tatap muka. Sepeninggal salah satu keluarga murid sekolahnya meninggal karena covid PTM ditangguhkan kembali.
Nanut tersenyum kegirangan menggenggam masker merah jambu itu lekat sekali. Dia seorang sahabat yang penuh kasih. Ada perasaan sedih merasakan temannya kehilangan ibu dan ada perasaan pengharapan semoga Niam baik-baik saja meskipun hasil swab dinyatakan reaktif, berita dari kepala sekolah Senin kemarin. Tok..tok…tok…Tepat pukul 19:00 Wib pintu rumah Nanut diketuk. Bapak membuka surat dari dinas kesehatan tertera dalam badan surat, undangan rapid tes minggu depan atas nama keluarga Pak Wawan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H