Mohon tunggu...
tistanawaty
tistanawaty Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Quality Time Orangtua Pekerja dalam Mengembangkan Kemandirian AUD

11 Juni 2023   19:08 Diperbarui: 11 Juni 2023   19:13 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua adalah pencari nafkah keluarga. Orang tua adalah pendidikan pertama  yang diterima anak adalah keluarga. Pendidikan  keluarga merupakan dasar bagi perkembangan pendidikan anak nantinya. Dengan demikian, perilaku setiap  anak mencerminkan  sikap dan perilaku orang tuanya. Karena hal ini mempengaruhi perkembangan mental anak di kemudian hari, ingatlah bahwa ayah dan ibu adalah pendidik dalam kehidupan nyata. 

Pasal 31 ayat 3 UU Perkawinan mengatakan: "Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga". Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, setiap anggota keluarga harus bertindak sesuai perannya, misalnya ayah sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, ibu mengurus rumah tangga serta mengasuh dan mendidik anak. , anak laki-laki membantu ayah dan anak perempuan dapat membantu ibu. Meskipun ayah bertanggung jawab untuk memimpin, membimbing dan melindungi anak dan istrinya, serta merawat mereka, ada juga  ibu yang bekerja  membantu ayah mencari tambahan dan memperbaiki kondisi keuangan keluarga sehingga  ibu  bertanggung jawab. untuk anak. kesejahteraan pembangunan harus  membantu dalam pekerjaan dan meninggalkan anak laki-laki.

 Anak usia dini merupakan anak  usia 0-6 tahun yang mengalami  pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, oleh karena itu anak membutuhkan stimulasi dari orang tuanya terutama ibu dalam segala aspek perkembangannya. Masa ini merupakan masa yang paling cocok untuk perkembangan anak, salah satunya adalah perkembangan keterampilan atau kemampuan yang diperlukan untuk kehidupan, termasuk anak belajar  menolong diri sendiri, mandiri, bertanggung jawab, mandiri dan disiplin. 

Kemandirian adalah kemampuan  untuk berani, berinisiatif dan bertanggung jawab dalam mengatasi masalah. Kemandirian  anak adalah sikap anak yang dapat  atau mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Ini seperti anak kecil yang makan sendiri, minum sendiri, berenang sendiri, dll. Kemandirian pada masa kanak-kanak bersifat motorik, seperti  makan sendiri, membereskan mainan setelah  bermain, memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, mandi dan berpakaian. 

Semakin dini  anak mulai berlatih  melakukan tugas-tugas perkembangan secara mandiri, diharapkan nilai dan keterampilan mandiri akan lebih mudah diatur dan  tertanam kuat dalam diri anak.  Kenyataannya saat ini masih banyak anak  prasekolah yang belum memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan sekolah secara mandiri, dimana masih ada siswa yang masih meminta untuk diikutsertakan dalam kelas untuk belajar dan bermain, masih sangat bergantung pada dirinya sendiri. orang tua, yaitu sering menangis jika hanya tinggal sebentar dengan ibunya.

 Situasi kerja orang tua mempengaruhi fakta bahwa orang tua merasakan cinta dan kasih sayang untuk anak-anak mereka. Ketika orang tua  bekerja di luar rumah untuk menghidupi dirinya sendiri, mereka tidak dapat melihat perkembangan anaknya, apakah anaknya  mandiri atau tidak. Orang tua yang  bekerja  di luar rumah sepanjang hari mempengaruhi cara orang tua memperhatikan anak. Kurangnya waktu yang diberikan oleh orang tua kepada anak dapat membuat anak berpikir bahwa dirinya tidak lebih penting dari pekerjaan orang tuanya, dimana anak tidak menerima pesan tentang bagaimana bersikap terhadap orang yang mandiri.  

Oleh karena itu, pengembangan kemandirian pada anak usia dini memerlukan waktu yang berkualitas bersama anak, meskipun waktu tersebut digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, namun dilakukan secara rutin karena orang tua  bekerja.

KONSEP POLA PENGASUHAN

Secara epistemologis, kata "pola" diartikan sebagai cara bekerja, dan kata "asuh" berarti menjaga, mengasuh, membesarkan, membimbing, membantu, mendidik anak yang berorientasi pada kemandirian. Secara terminologi, pola asuh adalah cara terbaik bagi orang tua untuk mendidik anaknya, menunjukkan tanggung jawabnya kepada anak (Arjoni, 2017).

Pola asuh adalah model pola asuh orang tua terhadap anak  yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak ketika mencapai kedewasaan, agar tingkah laku anak berkembang sesuai dengan standar dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan. masyarakat (Fitriyani, 2015). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola asuh adalah cara membesarkan anak secara utuh, untuk dapat membentuk perilaku anak yang sesuai dengan kehidupan masyarakat.

 Bentuk-bentuk pengasuhan

 Orang tua menunjukkan beberapa gaya pengasuhan (Santrock, 2011) yaitu:

 1. Model pengasuhan otoriter

 Gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum di mana orang tua memaksa anak-anak mereka untuk mengikuti instruksi mereka. Orang tua yang menggunakan gaya pengasuhan ini menetapkan batasan dan kontrol yang ketat terhadap anak-anak mereka dan meminimalkan komunikasi verbal. Pola asuh otoritatif ditandai dengan anak harus mengulang pekerjaan rumah yang menurut orang tua salah, orang tua mengancam akan menghukum ketika anak tidak mematuhi perintahnya, dan orang tua menggunakan suara  keras ketika menyuruh anak mengerjakan pekerjaan rumah.

 2. Pola asuh demokratis

 Pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri, namun tetap membatasi dan mengontrol aktivitasnya. Ada  memberi dan menerima secara verbal dan orang tua bersikap hangat dan penuh kasih kepada anak-anak mereka. Pola asuh demokratis ditandai dengan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, dimana orang tua terlibat dan mendiskusikan masalah yang dialami anak. Orang tua biasanya memuji ketika anak berbuat baik dan mengajari anak  melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan  tanggung jawab dan  kasih sayang.

 3. pola asuh permissive indulgent

 Gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dengan anak-anak mereka tetapi tidak menuntut atau mengontrol. Orang tua seperti itu membiarkan anak-anak mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Akibatnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya dan selalu berharap mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, anak-anak yang orang tuanya lemah lembut jarang belajar menghargai orang lain dan sulit mengendalikan perilakunya sendiri. Mereka bisa mengendalikan, egois, tidak patuh, dan mengalami kesulitan dengan hubungan teman sebaya.

 4. pola permissive indifferent

 Gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama anak, hal ini terkait dengan defisit sosial  anak. Anak-anak dari orang tua yang lalai mengembangkan perasaan bahwa aspek lain dari kehidupan orang tua mereka lebih penting daripada aspek mereka sendiri.

 Dari sekian banyak pola asuh yang digunakan  orang tua dalam membesarkan anaknya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. dimana mengkombinasikan pola asuh yaitu kapan menggunakan pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, toleransi permisif dan sikap acuh tak acuh, karena kurang baik bagi anak jika pola asuh otoriter diterapkan pada berbagai aktivitas anak, karena  berdampak buruk pada anak, anak terbatas dan tidak tumbuh  kreatif dan inovatif menjadi pribadi. Begitu pula ketika pola asuh permisif diterapkan secara menyeluruh membuat anak berperilaku bebas karena tidak ada aturan atau batasan yang diberikan oleh orang tua. oleh karena itu, perlu untuk memilih dan menggabungkan beberapa gaya pengasuhan agar dapat digunakan pada waktu yang tepat.

Kemandirian diartikan sebagai bertindak dan berperilaku atas  inisiatif dan kemampuan sendiri (Majid, 2011). Kemandirian adalah perilaku mengarahkan diri sendiri, tidak menunggu instruksi dari orang lain,  bahkan berusaha memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa meminta bantuan  orang lain (Bashori, 2006). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cunning (Sidharto dan Izzaty, 2007), kemampuan merawat diri sendiri dapat mendorong anak untuk memahami dirinya sendiri, yang dapat meningkatkan rasa percaya dirinya dalam interaksi sosial. Subrote artinya kemandirian adalah kemampuan anak untuk melakukan aktivitasnya sendiri atau menyendiri dengan berbagai cara. Sementara itu, menurut Nila Putri Buana, anak usia 18 bulan hingga 3 tahun mulai menunjukkan kemandirian. Pada tahap ini,  anak mulai mengembangkan pengendalian diri dalam kaitannya dengan pengaturan atau kendala eksternal (misalnya orang tua dan lingkungan sosial). Dia mulai melakukan apa yang dia inginkan dan mengatakan tidak pada apa yang tidak dia inginkan. Setelah mencapai usia prasekolah (3-6 tahun), anak seharusnya sudah mengembangkan kemandiriannya, karena anak mulai melakukan sesuatu sendiri, tanpa bantuan orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian pada anak usia dini adalah anak yang memiliki inisiatif  dalam beraktifitas, sehingga memiliki rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas tersebut, sehingga tidak membutuhkan bantuan orang lain.  Menurut Yuyun Nurfalah (2010:15), kemandirian anak memiliki beberapa bentuk  yaitu:

 1. Kemandirian fisik

 Kemandirian fisik adalah kemampuan untuk menjaga diri sendiri. Sebagai contoh sederhana, anak usia 3-4 tahun yang sudah bisa menggunakan alat makan seharusnya sudah bisa makan, mandi, berpakaian, buang air kecil dan buang air besar sendiri.

  2. Kemandirian psikologis

 yaitu kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Misalnya, anak yang merasa nyaman di kelas karena dapat mengontrol dirinya sendiri, dapat berhubungan dengan orang lain secara mandiri sebagai individu dan tidak selalu hanya berinteraksi dengan  pengasuhnya. Kemandirian  fisik sangat mempengaruhi kemandirian mental.

 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian terbagi menjadi dua bentuk yaitu, kemandirian fisik yaitu suatu kegiatan yang  langsung terlihat akibat aktivitas fisik, dan kemandirian psikologis yaitu kemandirian yang tidak langsung terlihat  oleh mata. namun kemandirian ini dapat dilihat dari caranya bersikap dan mengendalikan emosinya.

 

 PENGARUH ORANG TUA YANG BEKERJA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI

 Orang tua yang bekerja dapat mempengaruhi kemandirian pada anak usia dini, karena dalam hal anak berkebutuhan pendidikan khusus, pengasuhan orang tua  tidak terjamin secara maksimal  kepada  kedua orang tua, oleh karena itu pengaruh orang tua yang bekerja terhadap kemandirian anak memiliki dua dampak yaitu:

 

 1. Pengaruh positif

 Menurut Tedjasaputra (Mariyam dan Ajuang, 2008), kemandirian anak ditentukan oleh faktor pembawaan. Ibu mandiri  melahirkan anak  mandiri, dan anak  mandiri melahirkan ibu yang tidak mandiri. Artinya kualitas kemandirian anak tergantung dari kualitas kemandirian ibu, semakin mandiri  ibu maka  semakin mandiri pula anak yang dilahirkannya. Sejalan dengan teori tersebut, Markum (Mariyam dan Ajuang, 2008) mengemukakan bahwa ibu yang bekerja cenderung memiliki sifat mandiri sehingga sifat tersebut dapat diwariskan kepada anaknya. Seorang anak yang diasuh oleh ibu  bekerja cenderung mandiri karena ibu  bekerja menyampaikan bahwa dirinya mandiri, sehingga kemandirian ini sudah mendarah daging pada anak karena faktor bawaan dan kebiasaan.  Menurut survei yang dilakukan oleh Kathleen McGinn, Mayra Castro dan Elizabeth Lingo dari Harvard Business School, anak perempuan dari ibu pekerja yang tumbuh untuk bekerja juga memegang posisi kepemimpinan dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, anak laki-laki dari ibu yang bekerja lebih banyak melakukan pekerjaan rumah, ingin ikut mengasuh anak, karena tidak melihat menjadi orang tua hanya sebagai tanggung jawab ibu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua yang bekerja dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anaknya, karena dapat dijadikan contoh bagi anak untuk memikirkan masa depan dan  membuat anak berpikir tentang kemandirian, karena orang tua juga menunjukkan kemandirian dalam bekerja.

 2. Pengaruh negatif

 Kesibukan pekerjaan atau karir orang tua mengurangi perhatian terhadap keluarga termasuk anak, bahkan tidak sedikit yang  tidak memperhatikan kondisi anak. Hal ini dapat mempengaruhi masalah perkembangan anak. Orang tua menitipkan anaknya pada nenek, saudara, TPA bahkan babysitter ketika mereka sibuk  di luar rumah. Anak prasekolah yang seharusnya mulai memperoleh berbagai keterampilan fisik, bahasa dan berusaha mengeksplorasi kemandiriannya menjadi anak malas yang biasanya tidak mandiri.  Hasil penelitian Yilmaz dan Muluk (2004) menunjukkan bahwa  rendah atau tingginya pendapatan keluarga  juga mempengaruhi perkembangan anak. Pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi  rendah, biasanya kebutuhan dasar tidak dapat terpenuhi dan aktivitas anak terbatas. Karena keterbatasan kesempatan para ibu dari keluarga  sosial ekonomi  rendah, mereka menjadi lebih lelah dan  akibat  stres yang dialaminya, mereka bersikap lebih kasar terhadap anaknya. Ibu yang bekerja (Astuti, 2013)  mengalami kesulitan mengatur perannya dalam keluarga. Ibu yang bekerja memberikan perhatian dan  kasih sayang yang penuh kepada anak-anaknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang tua yang bekerja juga dapat memberikan dampak negatif bagi anak usia dini, karena kesibukan bekerja atau meninggalkan anak dengan orang lain memisahkan hubungan anak dengan orang tua sedemikian rupa sehingga kemampuan komunikasi atau kemampuan intelektual lainnya melemah.

 Membantu anak menjadi  mandiri memerlukan sikap bijak dari orang tua dan lingkungan, agar anak dapat terus termotivasi untuk meningkatkan kemandiriannya. Oleh karena itu, perlu adanya waktu khusus (quality time) bersama anak  sebagai waktu yang dapat digunakan untuk memperhatikan dan merawat seluruh anggota keluarga di rumah yaitu. pasangan, anak, orang tua dan saudara kandung, tanpa terganggu oleh hal lain pada saat yang bersamaan. Quality time bisa dilakukan di luar rumah berupa wisata kuliner, menginap, dan bisa juga dilakukan  dengan hal-hal yang bermanfaat di rumah untuk menjaga komunikasi antara orang tua dan anak meski orang tua sedang sibuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun