Orang tua menunjukkan beberapa gaya pengasuhan (Santrock, 2011) yaitu:
 1. Model pengasuhan otoriter
 Gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum di mana orang tua memaksa anak-anak mereka untuk mengikuti instruksi mereka. Orang tua yang menggunakan gaya pengasuhan ini menetapkan batasan dan kontrol yang ketat terhadap anak-anak mereka dan meminimalkan komunikasi verbal. Pola asuh otoritatif ditandai dengan anak harus mengulang pekerjaan rumah yang menurut orang tua salah, orang tua mengancam akan menghukum ketika anak tidak mematuhi perintahnya, dan orang tua menggunakan suara  keras ketika menyuruh anak mengerjakan pekerjaan rumah.
 2. Pola asuh demokratis
 Pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri, namun tetap membatasi dan mengontrol aktivitasnya. Ada  memberi dan menerima secara verbal dan orang tua bersikap hangat dan penuh kasih kepada anak-anak mereka. Pola asuh demokratis ditandai dengan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, dimana orang tua terlibat dan mendiskusikan masalah yang dialami anak. Orang tua biasanya memuji ketika anak berbuat baik dan mengajari anak  melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan  tanggung jawab dan  kasih sayang.
 3. pola asuh permissive indulgent
 Gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dengan anak-anak mereka tetapi tidak menuntut atau mengontrol. Orang tua seperti itu membiarkan anak-anak mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Akibatnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya dan selalu berharap mendapatkan apa yang diinginkannya. Namun, anak-anak yang orang tuanya lemah lembut jarang belajar menghargai orang lain dan sulit mengendalikan perilakunya sendiri. Mereka bisa mengendalikan, egois, tidak patuh, dan mengalami kesulitan dengan hubungan teman sebaya.
 4. pola permissive indifferent
 Gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini tidak memiliki banyak waktu untuk dihabiskan bersama anak, hal ini terkait dengan defisit sosial  anak. Anak-anak dari orang tua yang lalai mengembangkan perasaan bahwa aspek lain dari kehidupan orang tua mereka lebih penting daripada aspek mereka sendiri.
 Dari sekian banyak pola asuh yang digunakan  orang tua dalam membesarkan anaknya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. dimana mengkombinasikan pola asuh yaitu kapan menggunakan pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, toleransi permisif dan sikap acuh tak acuh, karena kurang baik bagi anak jika pola asuh otoriter diterapkan pada berbagai aktivitas anak, karena  berdampak buruk pada anak, anak terbatas dan tidak tumbuh  kreatif dan inovatif menjadi pribadi. Begitu pula ketika pola asuh permisif diterapkan secara menyeluruh membuat anak berperilaku bebas karena tidak ada aturan atau batasan yang diberikan oleh orang tua. oleh karena itu, perlu untuk memilih dan menggabungkan beberapa gaya pengasuhan agar dapat digunakan pada waktu yang tepat.
Kemandirian diartikan sebagai bertindak dan berperilaku atas  inisiatif dan kemampuan sendiri (Majid, 2011). Kemandirian adalah perilaku mengarahkan diri sendiri, tidak menunggu instruksi dari orang lain,  bahkan berusaha memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa meminta bantuan  orang lain (Bashori, 2006). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cunning (Sidharto dan Izzaty, 2007), kemampuan merawat diri sendiri dapat mendorong anak untuk memahami dirinya sendiri, yang dapat meningkatkan rasa percaya dirinya dalam interaksi sosial. Subrote artinya kemandirian adalah kemampuan anak untuk melakukan aktivitasnya sendiri atau menyendiri dengan berbagai cara. Sementara itu, menurut Nila Putri Buana, anak usia 18 bulan hingga 3 tahun mulai menunjukkan kemandirian. Pada tahap ini,  anak mulai mengembangkan pengendalian diri dalam kaitannya dengan pengaturan atau kendala eksternal (misalnya orang tua dan lingkungan sosial). Dia mulai melakukan apa yang dia inginkan dan mengatakan tidak pada apa yang tidak dia inginkan. Setelah mencapai usia prasekolah (3-6 tahun), anak seharusnya sudah mengembangkan kemandiriannya, karena anak mulai melakukan sesuatu sendiri, tanpa bantuan orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian pada anak usia dini adalah anak yang memiliki inisiatif  dalam beraktifitas, sehingga memiliki rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas tersebut, sehingga tidak membutuhkan bantuan orang lain.  Menurut Yuyun Nurfalah (2010:15), kemandirian anak memiliki beberapa bentuk  yaitu: