"Ya", jawab Mikael singkat yang sekarang menyiratkan kewaspadaan.
"Siap menyelam?" lanjutnya pada Helen yang dibalas dengan anggukan kecil.
"Satu... Du... "
Belum sempat mika menghitung, tiba-tiba sebuah drone telah muncul tepat di depan mereka. Drone itu mengeluarkan sinar infra merahnya, berusaha untuk menganalisis target yang bergerak bersama sepotong pohon yang sedang mengapung.
"Sekarang!", Helen berteriak lalu menyelam.
Tanpa banyak protes Mika ikut menenggelamkan dirinya ke dalam sungai. Keduanya berusaha berenang secepatnya mengikuti arus sungai dibawah sana. Drone itu terkejut melihat gerakan seketika. Secara otomatis drone mulai menembaki ke arah pergerakan yang tiba-tiba. Peluru berhamburan mencabik-cabik batangan kayu tersebut. Meremukkannya dengan tampa ampun. Tanpa perikemanusiaan!
Sementara di udara datang menyusul lima drone lain yang terbang menukik dari atas mereka. Sembari menembaki target yang diserang drone pertama tadi dengan senjata otomatis mematikan. Drone-drone itu melesak masuk ke dalam air. Menyelam dan mengejar!
Mika dan Helen berjuang dan bertahan sekuat-kuatnya di dalam sana. Oksigen dalam paru-paru tinggal sedikit saja. Sementara hunjaman peluru tak tentu arah meluncur deras menerobos air. Mungkin Tuhan memang masih berpihak pada mereka, hingga tak satupun dari peluru tersebut yang berhasil mendaratkan diri pada tubuh keduanya.
Khekk... glup... Helen menelan sedikit air. Ia sudah tak sanggup lagi berada dibawah permukaan. Sembari meliuk ke atas ia memunculkan kepalanya diatas sungai yang mengalir itu.
"Ahhhh", Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya, lalu terbatuk-batuk akibat air yang tadi masuk mengganggu pernafasan di katup tenggorokannya.
"Mika!", ia menoleh kesana kemari mencari Mika. Memang sudah tidak ada satupun lagi drone yang mengejar mereka. Namun keresahannya yang tak kunjung menemukan Mika begitu membuncah dalam sanubarinya.