Mohon tunggu...
Adi Tirajasa
Adi Tirajasa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Setiap mimpi memiliki harga yang harus dibayar untuk menjadikannya nyata.\r\n\r\n@Aditfiksianer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Doktor Seuss

30 September 2014   22:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sekali lagi drone bulat dengan senjata otomatis di sisi-sisinya menembaki jasad sang panther. Beberapa peluru nyaris mengenai Mika, bahkan ada yang berhasil menggores pinggangnya. Ia mengatupkan mulutnya dengan sekuat-kuatnya. Sementara Helen masih saja memejamkan matanya sembari berusaha menahan nafasnya. Meneguk liurnya untuk membasahi tenggorokan yang sepat.

Drone itu diam sejenak, beberapa berkas sinar merah ia arahkan pada jasad panther. Mika tahu jika mesin ini sedang menganalisis dan mendata korbannya. Memang ada perasaan gugup mendera dirinya, jangan-jangan drone itu mampu mengenali sosok-sosok yang sedang berbalut lumpur itu. Namun syukurlah, mereka luput dari deteksi. Setelah selesai drone itu mulai terbang  menjauh.

Mika dan Helen sekarang bisa bernafas lega. Mereka saling pandang.sembari mengangkat kepala. Mika mengangguk, dan Helen mengerti apa yang diisyaratkan. Serentak mereka berdiri lalu berlari kecil menuju sungai yang berada beberapa puluh meter di depan sana.

"Ayo" bisiknya, "Pelan-pelan jangan sampai bersuara".

Helen mengangguk, badannya mulai ia beringsutkan kedalam sungai yang tampak keruh itu. Sempurna, ini akan menyamarkan tubuh keduanya. Mika bersusah payah menurunkan sebatang pohon ke dalam air. Pelan sekali, sehingga nyaris tak bersuara. Ia dan Helen memeluk pohon yang tidak terlalu besar itu. Syukurlah potongan pohon tersebut adalah jenis pohon yang dapat mengapung di dalam air. Akhirnya mereka pun bisa berenang ke muara tanpa terdeteksi oleh para drone pemburu yang beterbangan di udara. Dengan mengikuti arus sungai ini kami pasti akan baik-baik saja, pikirnya.

Mereka hanyut bersama arus yang tidak begitu deras. Diterangi bias sinar matahari senja yang sedikit menolong mereka untuk melawan hawa dingin sungai itu.

"Sebentar lagi malam", Helen bicara dengan nada setengah berbisik.

"Jangan kuatir kita akan melalui ini", Mikael menenangkannya.

Matanya menatap lembut Helen yang terlihat begitu sedih. Ingin rasanya Mikael memeluk Helen, setidaknya memberikan sesuatu yang dapat menghilangkan keresahan Helen. Namun untuk saat ini masih begitu sulit, Mika hanya bisa menggenggam punggung jemari Helen. Sekelumit senyum menggaris diantara bibir Helen yang basah. Wajahnya sudah lebih bersih ketika mereka terjun kedalam sungai itu.

Mikael memang berusaha tak ingin menampakkan kerisaunnya. Matahari yang terbenam memang sumber masalah baru yang akan mereka hadapi. Cuaca dingin, kegelapan yang pekat, dan yang terutama adalah para drone itu! Ia resah di saat malam tiba, maka drone-drone tersebut akan menambah metode deteksi untuk berburu. Metode deteksi yang bahkan mampu menemukan target dan sangat efektif dikala malam! Night Vision!

"Mika, kau dengar itu?", Helen kembali berbisik pada Mikael. Dengungan yang mirip sekelompok lebah terbang terdengar mendekati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun