Mohon tunggu...
Adi Tirajasa
Adi Tirajasa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Setiap mimpi memiliki harga yang harus dibayar untuk menjadikannya nyata.\r\n\r\n@Aditfiksianer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Doktor Seuss

30 September 2014   22:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sebuah Pelarian!


"Jadi, kita harus bersembunyi terus seperti ini?", tanyanya berbisik.

Mikael hanya diam dan tersenyum tipis. Dia merasa iba melihat gadis itu yang harus berendam didalam lumpur bersamanya. Bahkan Helen pun rela berkubangan tanah lempung sama sepertinya. Mereka harus menghindari drone-drone pemburu dengan mengelabui sensor panas mesin tersebut. Dengan cara inilah suhu tubuh Mikael dan Helen tak akan terdeteksi. Ia begitu mengenal mesin-mesin itu. Mereka tak akan mengenali objek buruannya jika objek tersebut tak bergerak dan bersuhu dingin.

"Graaooohhh", seekor panther menggeram di dekat Helen.

Helen hampir terpekik kaget. Beruntung tangan Mikael sigap membekap mulutnya. Mika menempelkan telunjuknya di depan bibir sembari menatap tajam gadis itu. Mika ingin mengisyaratkan padanya untuk tenang. Helen mengangguk pelan tanda mengerti. Pandangan mika sekarang dialihkannya pada kucing hitam itu. Otaknya sempat berpikir keras, bukan karena ingin menghindari ataupun mengusir binatang ini. Namun karena heran bagaimana hewan jenis harimau yang hampir punah itu bisa berada di hutan kalimantan ini? Tersesatkah? Sedikit disipitkannya mata kirinya. Sementara Panther itu menggeram dan sudah siap menerkam mereka.

Grusaakkk! Roaarrr!

Binatang buas itu melompat tinggi memamerkan gigi-gigi tajamnya. Sepasang taring panjang begitu runcing menyeramkan terpancang diantar rahang atasnya. Kedua tangan dan kakinya sedikit terbuka lebar dengan cakar-cakar yang putih mengkilat. Helen memejamkan mata, sepertinya ia terlalu lelah untuk berdiri dan lari. Meski dadanya bergemuruh kencang namun ia berusaha mengikuti saran Mika untuk tidak memunculkan satu gerakan sekecil apapun! Berbeda dengannya, Mikael justru  masih mampu berpikir jernih dan tenang.

Trrzziing... trrzziiingg... trrzzziiiing...

Zerrpp... zerrppp... zzeerpphh...

Puluhan peluru menghujam binatang itu tanpa ampun. Ia hanya sempat meraung sejenak lalu terhempas ke lumpur tepat diantara Mikael dan Helen. Binatang na'as itu bersimbah darah, tak bernyawa lagi. Sempat mengejang sedikit namun segera meregang nyawa.

Derrtt.. dreerrtt... derrttt....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun