Mohon tunggu...
Timbul
Timbul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Cerita di Kedai Tuak Martohap

16 Juli 2017   20:57 Diperbarui: 16 Juli 2017   23:10 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sudah. Kupikir, sekarang dia sedang menemui Kepala Kampung."

Lelaki itu berpaling dan mulai melangkahkan buah caturnya.

Di  dapur kedai tuaknya, Pita termenung. Dia menyesal telah berbohong, tapi  kalau berkata jujur, dia mungkin akan lebih menyesal. Mereka akan  bertanya, dan bertanya... hingga bisa merangkai sebuah cerita. Lalu dia  akan selalu curiga bila gelas-gelas dan botol-botol tuak terkumpul di  tengah meja. Akan semakin curiga bila mereka bercakap-cakap dengan suara  rendah. Akhirnya terusik ketika mereka tiba-tiba tertawa  terbahak-bahak. Dia akan ditertawai di kedai tuaknya sendiri. Kalau  merasa sungkan, mungkin mereka akan pergi ke kedai tuak orang lain dan  terbahak-bahak di sana!

Pita pernah menegur. Dia tahu, saat itu  mereka sedang mempercakapkan seorang perempuan yang sudah berumur,  tetapi belum pernah dinikahi. Walaupun bukan dirinya yang sedang mereka  percakapkan, tetapi hatinya cemas. Sebelum mereka tertawa, dengan  lantang dia menegur, "Sudahlah! Jangan mempercakapkan cerita seperti  itu. Apa kalian tak ingin menjaga perasaanku?!"

Tegurannya  membuat cerita yang sedang mereka percakapkan dianggap telah selesai.  Biasanya, cerita baru dianggap selesai beberapa menit sebelum kedai tuak  itu tutup.

Tapi kadang-kadang ada juga cerita yang bersambung ke malam  berikutnya. Bila terjadi seperti itu, biasanya seseorang dari malam  sebelumnya dituntut untuk mengulang apa yang telah dipercakapkan. Jadi  selalu ada cerita yang dipercakapkan karena orang-orang yang  bercakap-cakap pada malam berikutnya, belum tentu semua sama dengan  orang-orang yang bercakap-cakap pada malam sebelumnya.

Setelah  semua meja dibersihkan dan kursi-kursi ditata kembali, Pita kembali  menguatkan hatinya untuk duduk di hadapan lelaki beruban itu.

"Mengapa kau datang lagi?"

"Untuk melihat siapa yang membantumu menutup kedai tuak ini."

"Aku sendiri yang melakukannya."

"Mengapa suami atau anakmu tak ikut membantu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun