Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pelantikan Trump: Antara Harapan & Kekhawatiran dalam Dinamika Global

20 Januari 2025   08:33 Diperbarui: 20 Januari 2025   08:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump dan Wakil Presiden terpilih JD Vance, Minggu, 19 Januari 2025, di Arlington, Virginia. (sumber: seattletimes.com | Foto AP/Evan Vucci)

10. Honduras (45,8).

Negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko, Kosta Rika, dan El Salvador lebih terpapar pada kebijakan keamanan dan imigrasi Trump. Sementara itu, negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan China lebih rentan terhadap kebijakan perdagangan dan keamanan yang akan diambil oleh pemerintahannya.

Menakar Peluang dan Tantangan Pelantikan Donald Trump

Pelantikan Donald Trump menandai babak baru dalam geopolitik global. Konflik Israel-Palestina, gencatan senjata di Gaza, perang Rusia-Ukraina, dan risiko global terhadap kebijakan Trump akan menjadi ujian besar bagi dunia.

Bagi Indonesia, ini adalah peluang untuk memperkuat hubungan bilateral dengan AS, meskipun tantangan kebijakan unilateral Trump tetap menjadi kekhawatiran utama. Dalam lanskap internasional yang kompleks ini, kepemimpinan Trump akan sangat memengaruhi arah stabilitas global pada tahun-tahun mendatang.

Pelantikan Donald Trump membawa dampak yang kompleks bagi perdagangan internasional Indonesia. Di satu sisi, ada peluang untuk meningkatkan investasi dan memperkuat hubungan dagang, terutama dengan memanfaatkan surplus perdagangan dan peluang baru melalui BRICS. Di sisi lain, kebijakan proteksionis dan ketidakpastian global di bawah Trump tetap menjadi tantangan utama.

Keanggotaan Indonesia di BRICS dapat menjadi penyeimbang, namun strategi diplomasi ekonomi yang cerdas dan adaptif sangat diperlukan untuk memastikan Indonesia tetap memanfaatkan peluang tanpa mengorbankan hubungan dengan AS. (TA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun