Yang bikin saya terkesima, ternyata hidangan kratok a la Oh'aem berteman madu. Saya disodori semangkuk madu. Semangkuk, lho Om-Tante! Paduan madu dan kratoknya ini namanya losi.
Simak nih video saya menikmati kratok campur madu.
Lalu, mereka sodori pula wijen tumbuk. Saya coba mencampurkannya dengan kratok dan madu. Wuiiih, lezatnya.
Beberapa jenis pangan lokal lain yang diolah kelompok ini---ada 10 kelompok dari 3 desa yang tampil--dan akan mereka tampilkan dalam festival malam nanti antara lain dua jenis uwi (gadung-gadungan), "pisang tanah," tumbukan wijen, kacang nasi, pisang yang direbus dengan madu---dengan madu, lho, bukan air atau minyak--dan keladi ungu dan putih.
Dugaan saya, uwi (gadung-gadungan) yang dimiliki kelompok ini adalah Dioscorea esculenta dan satu lagi Dioscorea yang belum bisa saya duga jenisnya. Dioscorea esculenta memiliki umbi utama yang berbulu seperti gadung (Dioscorea hispidia) yang beracun  itu dan umbi gantung atau umbi udara seperti Dioscorea bulbifera.
Sementara yang mereka sebut pisang tanah sebenarnya ganyong. Nama ilmiahnya banyak: Canna indica L. sin, C. coccine P. Miller, C. edulis Kerr-Gawler, dan C. orientalis Roscoe. Ganyong memang berdaun seperti pisang yang masih kecil. Bagian yang dimakan sebenarnya rimpang. Rasa rimpang ganyong lumayan manis.
Setelah menikmati sejumlah pangan lokal, saya mengikuti mereka ke atas bukit untuk mengambil madu hutan. Ternyata madu yang ada di sana adalah Apis cerana tetapi bersarang di lubang  batu.
Madu di Timor ini ada tiga jenis. Yang pertama adalah jenis Apis dorsata. Ukurannya besar, koloninya juga besar, gampang marah dan sengatannya bisa bikin mati. Apis dorsata tidak bisa dibudidayakan.
Jenis kedua adalah Apis cerana. Ukurannya lebih kecil, menyengat tetapi tidak terlampau sakit---tetap bengkak juga sih--dan bisa dibudidayakan dalam kotak persegi. Ada juga klancengan atau madu trigona, tetapi jarang saya lihat dan tidak dibudidayakan di sini.
Lihat nih, video orang Oh'aem I mengumpulkan madu dan anak-anak yang menikmati madu dengan sarang-sarangnya.
Setelah hampir jam 16.00, saya menuju kantor desa. Di sana akan ada 10 kelompok masak dari 3 desa yang memamerkan beragam jenis pangan lokal, lebih banyak, unik, dan menarik.