Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berterima Kasih kepada Pramoedya dan Orang-orang Sejenisnya

29 Mei 2018   00:55 Diperbarui: 19 Juni 2018   05:09 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari ubudnowandthen.com dan mojok.co

Kesamaan garis hidup, gagasan dan karya Pramoedya dengan John Steinbeck bukan tanpa sengaja. John Steinbeck adalah tokoh yang sangat dihormati dan digugu Pramoedya.

Sebuah artikel dalam website Indonesia Nasional Book Commite memuat pernyataan Pramoedya tentang Steinbeck.

"Ya, saya belajar dari Steinbeck, pernah baca karya Steinbeck? Coba perhatikan, sampai lalat terbang, segala macam diungkap untuk menggambarkan suasana. Sehingga kalau kita baca Steinbeck seperti nonton film. Nah, itu berpengaruh sama saya. Kalau baca buku saya 'kan seperti nonton film. Pelajari gaya bahasa dia, itu gaya plastik namanya. Kita baca seperti nonton film, semua tergambar."(3)

Pramoedya dan Steinbeck adalah orang-orang yang bekerja untuk masa depan. Oleh keringat, penderitaan, kekuatan dalam menghadapi ketakutan-ketakutan, dan komitmen tanpa batas mereka, kita, generasi masa kini bisa mencicipi kemanusiaan yang membaik.

Maka jika boleh berandai-andai tidak dibatasi ruang, waktu, dan segala hal duniawi lain, saya ingin---I wish, bukan I'm going to---untuk bisa berjumpa Pramoedya.

Sekedar untuk menyampaikan selamat Idul Fitri dan berterima kasih atas karya-karyanya. Tentu saja saya tak akan singgung soal rencana Hanung memfilmkan Bumi Manusia. Saya kuatir Om Pramoedya kena serangan jantung mendengar Bumi Manusia ditafsirkan sebagai kisah cinta.

Tetapi jika Om-Tante protes dan katakan itu harapan yang absurd sebab Pramoedya sudah mati dan hingga kini perjalanan waktu masih sekedar sebuah hipotesis, maka biarlah saya mengalah.

Baiklah jika saya tukar dengan tokoh selevel dari angkatannya. Mungkin pilihan yang tepat adalah Om Putu Oka Sukanta. Ia sebesar Pram. Ia masih hidup.

Seperti Pramoedya, Putu Oka Sukanta dipenjara 10 tahun di Pulau Buru karena keterlibatannya dalam Lekra dan karya-karyanya yang mengadvokasi gagasan masa depan Indonesia yang lebih baik.

Seperti Pramoedya, karya-karya Putu Oka Sukanta dihormati masyarakat sastra internasional. Ia menerima penghargaan internasional seperti NEMIS (Chili), Hellman (Human Right Watch), dan Herb Feith Foundation (Australia).

Putu Oka Sukanta bahkan satu-satunya sastrawan Indonesia yang karyanya masuk dalam buku Voices of Conscience: Poetry from Oppression (Hume Cronyn, dkk. 1995) bersama 149 penyair dunia lainnya. Dalam buku itu, karya Om Putu setara dengan karya nama-nama raksasa sastra seperti  Bertold Brecht,  Reza Baraheni, Pablo Neruda, dan Oscar Wilde.(4)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun