Ah, benar, bukankah semalam beta bermimpi lagi? Tentang apa ya? Bukan, bukan lelaki tua gemar marah-marah itu. Kerbau, ya segerombolan kerbau merumput. Aiiiiih, mengerikan benar. Mereka merumput di atas gelimpangan tubuh-tubuh manusia. Orang-orang mati, tubuh-tubuh penuh darah.
Eh, bagaimana hasil tarikan Toto kemarin?
Beta baru akan menelepon paman ketika dari pengeras suara terdengar pengumuman agar penumpang flight number sekian sekian segera boarding. Itu penerbangan beta. Baiklah, nanti saja setelah mendarat beta telepon.
***
“Hallo, selamat pagiiii. Ada yang bisa kami bantu?” Renyah suara dan ramah paras penunggu frontdesk lobby hotel itu menyapa.
“Iya, Dik. Saya dipesankan menginap di sini. Ini voucher hotel saya.” Beta menyodorkan gawai. Pada layarnya terpampang file voucher hotel.
“Sebentar, Pak. Saya cek dulu.” Ia mengetikkan sesuatu pada layar komputernya. “Benar, Pak. Nama Bapak sudah ada. Tetapi baru jam 1 siang nanti Bapak bisa check in.”
“Oh begitu, ya. Apa saya bisa titip tas dulu? Saya hendak jalan-jalan sebentar. Nanti jam 1 saya kembali.”
“Tentu bisa, Pak.” Ia segera menyambut koper yang beta sodorkan, menyimpannya di ruang penitipan barang, membuatkan tanda terima dan menyerahkan pada beta.
Tidak lama kemudian beta sudah susuri trotoar sepanjang Jalan yang dulu dikenal sebagai Jalan Sungai Asam. Lalu lintas sudah mulai padat. Di trotoar orang-orang bergegas, anak-anak dan remaja menuju sekolah, dan para karyawan berlomba tiba lebih pagi dengan bos-bos mereka.
Tanpa sadar, sudah tibalah beta di ujung jalan, sebuah belokan yang bersambung ke jalan lain. Ah, apa itu di pojok? Sekumpulan patung Kerbau. Ada penunggangnya pula. Penasaran, beta berjalan mendekat. Hmmm, sepertinya patung ini terbuat dari campuran tembaga dan semen sehingga warnanya bisa hitam begini. Kurang terawat. Sejumlah bagian sompak. Mungkin termakan usia, bisa juga korban tangan jahil.