"Jadi kamu ini balas dendam?" tanya Citra.
"Aku balas dendam kalau kamu benar-benar tersakiti, nyatanya kamu juga menikmati kedekatan ini kan?" senyum Samudra terlihat tak biasa.
Citra tertampar dengan kalimat barusan, hendak membela diri, tapi dia sudah sering berdusta akan perasaannya pada Samudra. Kali ini Citra kalah, perasaannya memang tidak bisa dibohongi. Dia suka saat dekat dengan Samudra. Dia cemburu kalau Samudra bersama dengan orang lain.
"Jadi, kita nikmati saja ya Ci kedekatannya ini, usai KKN akan jadi seperti apa kita, itu urusan belakangan," ucap Samudra dengan nada pasrah.
Bohong kalau Citra nggak kecewa dengan keputusan menggantung. Tapi apa boleh buat, rasa cinta yang masih ada sejak tiga tahun lalu mengalahkan akal sehatnya. Citra menangis, tak mampu menahan air mata yang menyeruak.
"Jangan nangis Ci, aku takut disangka jahatin kamu," ucap Samudra panik.
"Memang," Citra tak mau kalah.
"Sudah Ci, sudah," Samudra mencoba menenangkan.
Samudra menggenggam tangan Citra, manik matanya tak lepas dari wajah Citra yang saat ini menangis, ingin sekali merengkuhnya. Namun Samudra tak kuasa melakukannya, ia hanya bisa menenangkan tanpa memberi jawaban. Sedangkan Citra sadar diri, kesempatan kedua yang dia harapkan bisa berakhir baik, justru menggantung seperti ini. Terkadang ilusi yang dibuat sendiri akan lebih parah menyakiti hati sendiri. Citra tak habis pikir, bagaimana bisa dia terbelenggu pada perasaan yang tak pasti.
Hatinya berusaha tabah, tak mau memaksa cinta. Dia berhak memilih, mau menghindari Samudra atau membiarkan jatuh cinta semakin dalam kepadanya. Dia tak menyangka jika takdir begitu kejam mempermaikan rasa cintanya. Bagaimana pun akhirnya nanti, mereka tidak akan pernah tahu. Dengan siapapun mereka nanti, rasa cinta ini tetap saja kembali melukai hati keduanya.Link Cover
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H