Samudra bingung, karena dia memang tidak merasa kalau chat Citra. Terdengar notif chat dari ponselnya, Samudra tahu penyebab salah paham ini.
"Ponsel kamu ada yang nyadap?" tanya Citra.
"Kayaknya, Jonathan tadi iseng, itu dia lagi ketawa" ucap Samudra sambil menunjuk posisi Jonathan dan beberapa rekan lain di warung makan.
Harusnya dari awal Citra sudah sadar, sejak kapan Samudra memanggil Cit? Yang ada selalu memanggil Cici. "ehhhhmmm, aku dikerjain, mending balik ke pantai saja," ucap Citra.
"Aku temenin," pinta Samudra, "Lagian aku tadi nyariin kamu, nggak ketemu-ketemu," jelas Samudra.
Citra hanya tersenyum dalam diam, hatinya teriris, bagaimana dia bisa jatuh cinta begitu dalam pada sosok yang tidak peka ini. Matanya berkaca-kaca karena cinta yang sudah lama dipendamnya. Samudra masih di sampingnya, seperti orang yang tak merasa salah.
"Sam, sebenarnya kita itu apasih?" tanya Citra.
Samudra mengerutkan kening.
"Oke, aku nggak mau berilusi sendiri, sebenarnya arti kedekatan kita itu bagaimana sih Sam?" tanya Citra dengan suara naik satu oktaf.
"Ke sana yuk," ajak Samudra langsung menggandeng tangan Citra. Citra belum sempat melepaskan, namun genggaman Samudra sudah begitu erat. Mereka kemudian duduk di gajebo yang beratap daun kelapa.
Sorot mata Citra semakin tajam menatap Samudra. Tapi Samudra masih seperti biasa seakan tak terjadi apa-apa.