Pertanyaan terakhir saya yang dijawab beliau via whatsapp, "Aku sering membandingkan tulisanku dengan tulisan orang yang lebih hebat daripada aku.
 Jadi aku merasa apa gunanya tulisanku ketika mereka menulis konten yang membahas dunia tapi aku masih menulis konten yang membahas tentang pandanganku, diriku sendiri.Â
Apakah hal bodoh terus bertahan dalam tulisan yang membahas diri sendiri? Harus aku apakah tulisan yang tidak berguna tersebut?" Beliau menjawab, "Itu seperti ujian semesteran, menulis diri sendiri itu refleksi dan semacam doa atau semedi mengenali diri lebih dalam dan itu sangat berguna dibanding nulis dunia semata.Â
Biasanya kalau kita mau mengungkapkan diri, itu cara awal mengenali diri. Nulis diri sendiri bahkan yang paling menyehatkan emosional. Beguna bagi diri sendiri dan juga orang lain, karena yang subjektif pribadi juga bersifat umum."
Komentar beliau terasa seperti antara menghibur saya atau secara realistisnya memang begitu. Lalu saya dapati artikel di kompasiana oleh Badriah Yankie berjudul "Menulis Jurnal Untuk Kesehatan Mental" yang mewakili jawaban Pak Abdul sehingga menjadi latar belakangnya saya menulis cerita ini.
Penting atau tidak penting, biarlah pembaca yang menilai, syukur-syukur apabila ada pembelajaran yang diambil dari tulisan saya yang mungkin tidak penting ini. Pertemuan berikutnya dengan Pak Abdul Hakim Siregar, sepertinya saya perlu membuat daftar bahan diskusi.
Begitulah saya menceritakan tentang Pak Abdul Hakim Siregar di kesempatan kali ini. Tidak menutup kemungkinan saya menceritakan beliau di kesempatan lainnya.Â
Beliau adalah teman diskusi yang paling cerdas kedua setelah Ayah saya (lingkup pribadi), ayah saya masih tetap yang utama. Lain waktu saya bagikan beberapa pemikiran Ayah saya tentang Tuhan, alam semesta, manusia, ikhlas, cobaan, dan sebagainya kalau jari saya tidak mager (dibaca: malas gerak).
Garis-garis yang menjadi poin penting adalah, berdialog tentang semua hal, berbagi pendapat, berdebat untuk diskusi, bertukar pandangan, mendengar cerita oranglain adalah pelajaran yang sangat berharga yang tidak ditemukan dalam buku, jurnal atau wikipedia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H