Mayleen terkejut bukan main dengan pernyataan yang didengarnya. Dia menyerngitkan keningnya hampir tak percaya.
“Kau adalah keturunanku, sifat serakahmu sekarang akan tumbuh. Kau akan menjadi tamak sepertiku. Dan kau akan menjadi E Gui untuk selamanya!”
“Tidak, aku bukan gadis serakah seperti Amma!” Mayleen yang tadi diam kini angkat bicara.
“Terserah apa katamu, kau akan merasa kurang dan kurang. Keserakahanmu akan muncul sebentar lagi.”
Mayleen menangis hampir tak percaya bahwa Ammanya adalah seorang E Gui. Dan sekarang garis keturunan membawa dirinya dalam situasi ini.
“Tidak Amma! Aku tak akan menjadi seperti Amma!” Mayleen yang tak mau menerima kenyataan pahit itu berusaha memberanikan diri untuk mengucapkannya.
“Beraninya kamu May!” Amma berteriak dan menjulurkan lidahnya ke tubuh Mayleen. Mayleen berteriak meminta tolong namun tak ada siapapun yang menolongnya. Kakinya sudah terlilit lidah Amma dan hampir semua tubuh Mayleen akan tertelan.
Mata Mayleen terbuka. Dia menangis sejadi-jadinya. Tetapi disisi lain dia bersyukur karena semua itu hanyalah mimpi. Mimpi yang sangat nyata. Mayleen terbangun di kamar Amma yang kini sudah berantakan. Mayleen tidak tahu apa yang terjadi kepadanya setelah memakan dimsum.
Dia teringat keberadaan adiknya. Mayleen mencari-cari adiknya di seluruh rumah. Nihil, adiknya tak ada di rumah itu. Mayleen kembali ke kamar Miu-Zhen dan mendapati ada sepucuk surat disana. Mayleen lalu membacanya.
Adiknya berpesan bahwa dirinya kabur dari rumah dan tak akan kembali. Dia juga mengakui bahwa dirinya lah yang sengaja memberi dimsum itu supaya Amma menjadikan Mayleen keturunan selanjutnya untuk menjadi E Gui.
Mayleen terkejut bukan main. Badannya lemas. Seluruh air matanya keluar. Rasa amarah dan penuh dendam kini memenuhi jiwanya. Ternyata selama ini adiknya lah dalang dari semua ini.