Mohon tunggu...
Tista Arumsari
Tista Arumsari Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang mahasiswi yang sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir

Seorang mahasiswi rumpun humaniora di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Juga seorang content writer yang gemar menulis topik wisata, pendidikan, dan kesetaraan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Masa Pendidikan Terbuka Luas untuk Semua Orang, Mengapa Sekolah Kedinasan Masih Diperlukan?

16 Mei 2020   03:10 Diperbarui: 16 Mei 2020   11:32 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Karsapraja.net

Lantas, yang mana yang perlu dibenahi? Pendidikan dari sektor umum atau kedinasan yang jelas kebutuhan dan penyerapan sumber daya manusianya?

Jadi, argumen bahwa anggaran pendidikan yang berlebihan di perguruan tinggi kedinasan telah terbantahkan dengan sendirinya setelah memasukkan data bahwa sekolah kedinasan justru merupakan sektor pendidikan yang memakan biaya pendidikan paling rendah di antara sektor pendidikan di bawah Kemenag, Kemendikbud, dan Kemenristekdikti.

Tetapi, meski biayanya paling rendah, sekolah kedinasan telah mencetak sumber daya manusia yang mampu diserap oleh kebutuhan baik di lembaga pemerintahan sendiri, maupun di luar.

#Persoalan III: Sekolah Kedinasan Dinilai Hanya Dapat Diakses Oleh Kalangan Menengah Ke Atas

Benarkah anggapan ini? Mari kita telusuri bersama-sama.

Kenyataannya, sekarang penyelenggaraan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) yang terdiri atas Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), Tes Inteligensia Umum (TIU) dan Tes Karakteristik Pribadi (TKP) ini telah digelar secara terbuka dan akuntabel.

Buktinya apa? Setelah mengikuti tes berbasis Computer Assisted Test (CAT) ini, kamu bisa langsung mengecek hasilnya di website instansi masing-masing. Biaya untuk mengikuti tesnya pun sangat terjangkau, yaitu hanya Rp. 50.000. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Badan Kepegawaian Negara. Oleh karenanya, biaya tersebut akan masuk ke rekening negara.

Meskipun selain biaya itu, beberapa sekolah kedinasan memungut biaya pendaftaran seperti PKN STAN, STTD, STIS, dan STMKG, tetapi kisaran jumlahnya juga tidak terlalu besar. Misalnya, PKN STAN memungut biaya pendaftaran sebesar Rp. 300.000. Masih cukup terjangkau bukan?

Lantas apa yang membuat sekolah kedinasan cenderung dianggap hanya dapat diakses oleh kalangan menengah ke atas? Seperti yang kamu tahu, banyak sektor di Indonesia yang dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mendulang penghasilan. Termasuk pendaftaran sekolah kedinasan.

Tapi mereka ada yang terbukti dapat meloloskan banyak orang ke sekolah kedinasan tuh? Benarkah demikian? Dari indahnya nilai keberhasilan yang mereka klaim itu, berapa banyak nilai kegagalan yang tidak mereka tunjukkan? Angkanya pasti lebih tinggi daripada nilai keberhasilannya.

Kenapa? Karena pada dasarnya, mereka hanyalah para spekulator yang memanfaatkan momentum dari hype-nya sekolah kedinasan. Mereka hanya mencari keuntungan pribadi bermodalkan kemampuan meyakinkan orang tua dan pendaftar.

Oleh karenanya, demi membumihanguskan praktik-praktik merugikan seperti ini, penting sekali bagi kita semua untuk tidak mempercayai rayuan-rayuan gombal nan manis yang mereka jual. Jangan mempercayai pihak-pihak yang mengklaim dapat meloloskan putra putri Anda melalui jalur belakang. Sebab itu tidaklah benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun