Gedung - gedung pencakar langit terlihat megah saling berdekatan menunjukan siapa yang paling tinggi, bising suara kendaraan umum hingga kendaraan mewah beramai ramai memenuhi jalanan kota. Pusat perbelanjaan, tempat hiburan, kafe tidak pernah berhenti di kunjungi oleh orang orang yang berpenghasilan lebih.
Mereka berbondong -- bondong menunjukan gaya hidup yang tinggi. Kecuali, orang orang tidak berkecukupan yang ikut mengais rezeki di megahnya kota ini. Berharap dapat sesuatu yang lebih dan dapat mengubah perekonomian mereka. Tidak terkecuali pria paruh baya ini.
Pak Darya, pedagang sayur keliling dengan gerobak andalannya. Berasal dari kampung menuju ibu kota dengan tekad dan semangat mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan istrinya yang sedang berjuang melawan keganasan penyakit kanker payudara stadium akhir yang dideritanya selama 10 tahun kebelakang.
Hari ini, cerita seorang pria berhati mulia akan dimulai. Kita akan melihat bagaimana kerasnya perjuangan pria ini untuk menyambung hidupnya di tengah kerasnya Ibu Kota, Jakarta.
Matahari belum menanpakkan batang hidungnya, ayam pun belum berkokok sebagaimana mestinya. Sangat berbeda dengan Pak Darya saat ini, ia sudah rapih menggunakan kaos berwarna biru, celana hitam panjangnya, topi hitam kesayangannya dan jangan lupakan gerobak sayur yang sudah siap dengan berbagai macam bahan masakan yang ada dihalaman rumahnya. Ia siap berkeliling menawarkan dagangannya.
"Ibu, bapak berangkat ya." Ucap Pak Darya ke istrinya
"Iya pak hati -- hati dijalan ya, semoga hari ini dagangannya habis terjual." Balas Minah istri Pak Darya
Pak Darya pun mulai mengayuh gerobaknya menjauhi pekarangan rumahnya menuju komplek tempat dimana para pembeli menghabiskan dagangannya.
Brukkkk
Suara dentuman yang sangat keras membuat siapapun orang yang berada dikawasan tersebut terlonjak kaget. Siapa yang tidak kaget melihat gerobak sayur yang sudah terbalik dengan dagangannya yang berserakan di jalan dan seorang pria paruh baya tergeletak tidak jauh dari gerobaknya.
Pak Darya, pria paruh baya pedangang sayur yang tergeletak tersebut ditabrak cukup keras oleh minibus yang tidak bertanggung jawab. Minibus tersebut melarikan diri setelah menabrak gerobak sayur dihadapannya.
"Astagfirullahaladzim." Ucap Nuri
Nuri, warga setempat yang melihat kejadian tersebut kaget. Hari yang masih gelap dan minim orang yang melintas dijalan tersebut membuat Nuri kebingungan mencari pertolongan.
"Kenapa bu ?." Ucap Dery
"Ini pak tolong, bapak ini ditabrak oleh mobil." Ucap Nuri
"Yaudah bu kita antarkan ke Rumah Sakit terdekat." Ucap Dery
Nampaknya, nasib buruk hari itu sedang menimpa keluarga Pak Darya. Minah yang mengetahui suaminya tertabrak mobil segera pergi ke rumah sakit untuk menemui suaminya tersebut. Sambil terus menangis ia berdoa meminta kepada Sang Pencipta agar kondisi suaminya baik baik saja.
Minah terus menangis menunggu dokter keluar dari ruangan suaminya. Tatapi, tuhan lagi dan lagi  menguji kesabaran  keluarga Pak Darya. Dokter berkata bahwa Pak Darya mengalami kelumpuhan karena ia mengalami benturan yang sangat kuat pada kakinya yang membuat ia tidak bisa berjalan. Hatinya hancur remuk-redam mendengar kabar duka.
Minah terduduk tak kuasa menahan tangis mendengar penuturan dari dokter bahwa suaminya tidak bisa berjalan seperti semula. Dunia terasa seperti berhenti berputar. Ia lantas segera bangkit, menemui suaminya itu.
Hari berganti hari. Tetapi, kesedihan yang mendalam masih dirasakan oleh kedua orang ini Pak Darya dan sang istri Minah. Meratapi nasibnya yang sangat malang jauh dari keluarga, beruntungnya Pak Darya dapat menguatkan sang istri. Ia selalu berkata tidak apa apa dan ia pun menerima dengan ikhlas apa yang telah terjadi kepada dirinya saat ini.
Ia tidak pernah menunjukan kesedihan didepan sang istri walaupun sebenarnya ia juga sangat sedih mengingat sekarang ia tidak bisa berjalan dan tentunya tidak bisa berjualan untuk mencari nafkah seperti biasanya. Tetapi ia harus  mencoba memberi pengertian kepada sang istri bahwa semua yang terjadi pada keluarganya ini adalah sebuah ujian yang sedang Tuhan berikan kepada mereka.
Seluruh pekerjaan yang selama ini Pak Darya kerjakan digantikan sang istri. Minah dengan segala kekuatannya mencoba menggantikan posisi sang suami yang terbaring  dirumah. Sekarang Minah yang menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Ia berjualan sayur keliling meskipun tidak menggunakan gerobak yang selalu Pak Darya gunakan karena ternyata gerobak tersebut hancur tidak bersisa ketika Pak Darya mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu.
Melihat istrinya berjuang sendirian, Pak Darya pun mencari akal bagaimana ia bisa tetap bekerja mencari nafkah dengan keadaan lumpuh tidak bisa berjalan. Kebetulan kemarin ketua rw setempat memberikannya kursi roda.
Mulai detik ini kursi roda itu akan menjadi teman Pak Darya kemanapun ia pergi. Karena Pak Darya terkenal dengan kebaikan hatinya warga pun tak segan untuk membantu Pak Darya. Dengan kursi roda barunya itu ia harus memanfaatkan kesempatan tersebut.
"Assalamualaikum Pak Darya, Bu Minah." Ucap Pak Rw
"Waalaikumsalam Pak Rw, silahkan masuk." Balas Minah
"Ini ada sumbangan kecil-kecilan yaitu kursi roda dari warga untuk Pak Darya." Ucap Pak Rw
"Terimakasih banyak Pak Rw." Ucap Pak Darya dan Bu Minah
"Sama-sama bu, pak semoga dengan ini bapak bisa melakukan aktivitas walaupun tidak normal seperti biasanya, kalo begitu saya permisi." Ucap Pak Rw
"Sekali lagi terimakasih Pak Rw." Ucap Minah
Dengan semangat Pak Darya pun berbicara keinginannya kepada Mina untuk menjadi tukang sol sepatu di persimpangan jalan, ia baru ingat dulu sewaktu dikampung bapaknya pernah menjadi tukang sol keliling dan ia mempelajari hal tersebut.
Minah awalnya tidak setuju dengan keinginan Pak Darya tetapi dengan paksaan dari Pak Darya untuk membantu Minah akhirnya Minah pun menyetujuinya. Pak Darya begitu semangat, bahkan Semangat dalam dirinya lebih panas dari lahar gunung merapi.
Karena keadaan Pak Darya yang lumpuh dan mengharuskan beraktivitas menggunakan kursi roda, ia tidak menjadi  tukang sol keliling melainkan diam ditempat. Pada pagi hari ia diantarkan oleh Minah ke persimpangan jalan dan ketika hari akan berganti gelap Minah akan menjemputnya kembali.
Tidak lupa Minah pun ketika siang hari sehabis berjualan sayur ia kembali ke persimpangan jalan untuk mengantarkan makan siang milik Pak Darya.
Sebagai seorang kepala keluarga jelas ia harus banting tulang mencari uang apalagi ia hidup di perantauan. Pak Darya tidak banyak mengeluh bahkan terkesan jarang, ia menerima semua ini dengan lapang dada dan menjadikan ini ladang kebaikan untuk dirinya dan keluarga.
Menjadi tukang sol sepatu bukan pekerjaan yang mudah apalagi ditambah kondisi kaki yang tidak bisa berjalan, mengharuskan ia menunggu pelanggang ditengah teriknya panas matahari yang membakar kulit.
Hari ini adalah hari pertama ia mencoba profesi baru, tidak banyak yang berkunjung untuk menggunakan jasa sol sepatunya. Karena mungkin belum banyak yang tau bahwa ada jasa sol sepatu baru di persimpangan jalan.
Langitpun mulai berganti warnanya artinya ia harus segera kembali kerumah. Selagi menunggu Minah untuk menjemput nya, ia melihat sebuah keluarga disebrang jalan.
"Indahnya melihat sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis serta  berkecukupan andaikan aku berada diposisi mereka. Betapa bahagianya aku." Pikir Pak Darya
Ketika ia tersadar akan lamunan dan pikirannya, ia dengan cepat membuang pikirannya tersebut. Bagaimanapun kehidupan ini telah digariskan oleh Sang Pencipta untuknya, ia tidak boleh mengeluh dan harus tetap bersemangat menjalani hari harinya sebaik mungkin.
Setahun telah berlalu. Tidak ada yang berbeda dengan kehidupan Pak Darya, ia tetap sama menyediakan jasa sol sepatu di persimpangan jalan. Hanya saja, 3 bulan yang lalu Minah sang istri tercinta dipanggil Sang Pencipta untuk kembali kepangkuannya.
Ketika itu, Pak Darya seperti biasa sedang di persimpangan jalan menunggu orang untuk menggunakan jasanya. Â Tiba- tiba ia dijemput oleh tetangganya untuk segera pulang karena Minah sudah tidak sadarkan diri di rumah sebelum akhirnya dinyatakan meninggal di Klinik terdekat.
Hatinya begitu sakit bagai ditusuk ribuan duri, ia sangat terpukul mendengar kabar tersebut. Istri tercintanya meninggalkan ia untuk selama lamanya.
Tidak ingin sedih berlarut larut  karena bagaimanapun jodoh,maut, dan rezeki sudah ada yang mengaturnya. Ia pun kembali ke persimpangan untuk menjual jasanya. Ketika ia sedang duduk, ia melihat anak kecil yang sepertinya pemulung sedang berjalan dengan menenteng sepatu sebelah kanannya dan sepatu  sebelah kirinya yang ia gunakan. Ketika anak tersebut melewati Pak Darya, ia memanggil anak tersebut
"Hei nak, kenapa sepatunya digunakan hanya sebelah?." Tanya Pak Darya
"Oh ini, sepatu Ari robek pak tadi ketika berlari mungkin karena sepatunya sudah lama." Balas Ari
"Sini berikan kepada saya, biar saya benerin sepatunya." Tawar Pak Darya
"Tapi saya tidak punya uang untuk membayarnya pak." Ucap Ari
"Tidak apa-apa sini sepatunya." Ucap Pak Darya
Setelah Ari memberikan sepatunya kepada Pak Darya, tidak lama setelah itu sepatunya pun selesai dibenarkan. Ari pun menerimanya dengan senang hati.
"Terimakasih pak, berkat bapak sepatu saya bisa digunakan kembali. Semoga kebaikan bapak dibalas dengan yang lebih baik." Ucap Ari
"Aamiin, sama-sama nak Ari." Balas Pak Darya sembari mengelus lembut rambut Ari
Sebagai seorang manusia harus saling membantu sesama sesulit apapun keadaan kamu, itu yang selalu Pak Darya tanamkan dikehidupan nya sehari hari. Walupun dari pagi ia belum mendapatkan pelanggang tetapi ia sangat senang bisa menolong seseorang yang membutuhkan jasanya.
Tahun telah berganti tahun. Waktu berjalan terus tanpa menunggu atau menanti siapa pun. Ibu Kota terasa semakin penuh dengan gedung-gedung baru dan kendaraan mengantri memenuhi jalan karena semakin banyak yang menggunakan. Sudah seperti ribuan semut yang mengantri mendapatkan makanan, pikir Pak Darya.
Ketika ia sedang mangkal, ada seorang pemuda gagah dengan pakaian mahal mendatangi Pak Darya.
"Assalamualaikum pak." Ucap pemuda tersebut
"Waalaikumsalam, ada apa ya dek?." Jawab Pak Darya
"Saya Ari pak, pemulung yang waktu itu bapa tolongin karena sepatu saya sobek. Alhamdulillah ternyata bapak masih disini." Ucap Ari
"Nak Ari, saya kaget melihat nak Ari begini." Ucap Pak Darya
Ari pun menceritakan kepada Pak Darya mengapa ia bisa sukses seperti sekarang dan Pak Darya pun senang sekaligus kaget melihat Ari, pemulung yang dulu ia tolong sekarang sudah menjadi pemuda yang sukses. Tidak lupa Ari juga menjelaskan kedatangannya menemui Pak Darya.
Berkat kemuliaan hatinya Pak Darya. Ari menawarkan untuk membawa Pak Darya ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan agar sembuh dari lumpuhnya. Awalnya Pak Darya menolaknya karena tidak enak tetapi Ari memaksa.
Rencana Tuhan lebih indah dari rencana kita, jangan mengeluh dengan keadaan dan harus selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan kasih. Tidak lupa untuk menolong sesama karena kita hidup untuk saling membantu. Dibalik ujian yang bertubi-tubi Tuhan kasih terhadap kita ada hal baik yang akan menghampiri.
Dan akhirnya setelah melakukan berbagai macam pengobatan Pak Darya sudah bisa berjalan kembali walaupun belum bisa berjalan normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H