Tidak lupa Minah pun ketika siang hari sehabis berjualan sayur ia kembali ke persimpangan jalan untuk mengantarkan makan siang milik Pak Darya.
Sebagai seorang kepala keluarga jelas ia harus banting tulang mencari uang apalagi ia hidup di perantauan. Pak Darya tidak banyak mengeluh bahkan terkesan jarang, ia menerima semua ini dengan lapang dada dan menjadikan ini ladang kebaikan untuk dirinya dan keluarga.
Menjadi tukang sol sepatu bukan pekerjaan yang mudah apalagi ditambah kondisi kaki yang tidak bisa berjalan, mengharuskan ia menunggu pelanggang ditengah teriknya panas matahari yang membakar kulit.
Hari ini adalah hari pertama ia mencoba profesi baru, tidak banyak yang berkunjung untuk menggunakan jasa sol sepatunya. Karena mungkin belum banyak yang tau bahwa ada jasa sol sepatu baru di persimpangan jalan.
Langitpun mulai berganti warnanya artinya ia harus segera kembali kerumah. Selagi menunggu Minah untuk menjemput nya, ia melihat sebuah keluarga disebrang jalan.
"Indahnya melihat sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis serta  berkecukupan andaikan aku berada diposisi mereka. Betapa bahagianya aku." Pikir Pak Darya
Ketika ia tersadar akan lamunan dan pikirannya, ia dengan cepat membuang pikirannya tersebut. Bagaimanapun kehidupan ini telah digariskan oleh Sang Pencipta untuknya, ia tidak boleh mengeluh dan harus tetap bersemangat menjalani hari harinya sebaik mungkin.
Setahun telah berlalu. Tidak ada yang berbeda dengan kehidupan Pak Darya, ia tetap sama menyediakan jasa sol sepatu di persimpangan jalan. Hanya saja, 3 bulan yang lalu Minah sang istri tercinta dipanggil Sang Pencipta untuk kembali kepangkuannya.
Ketika itu, Pak Darya seperti biasa sedang di persimpangan jalan menunggu orang untuk menggunakan jasanya. Â Tiba- tiba ia dijemput oleh tetangganya untuk segera pulang karena Minah sudah tidak sadarkan diri di rumah sebelum akhirnya dinyatakan meninggal di Klinik terdekat.
Hatinya begitu sakit bagai ditusuk ribuan duri, ia sangat terpukul mendengar kabar tersebut. Istri tercintanya meninggalkan ia untuk selama lamanya.
Tidak ingin sedih berlarut larut  karena bagaimanapun jodoh,maut, dan rezeki sudah ada yang mengaturnya. Ia pun kembali ke persimpangan untuk menjual jasanya. Ketika ia sedang duduk, ia melihat anak kecil yang sepertinya pemulung sedang berjalan dengan menenteng sepatu sebelah kanannya dan sepatu  sebelah kirinya yang ia gunakan. Ketika anak tersebut melewati Pak Darya, ia memanggil anak tersebut