itu bukan namaku lagi.
Sesungguhnya, namaku, sering berubah. Dikarenakan teman-teman sebanya si mbak ini.
Mereka penganut ilmu paham tapi, engga paham.
"Silahkan kak, minumannya."
Lalu aku berpikir. Yang manggut-manggut belum tentu paham. Apalagi yang sering melontarkan kata "Iya"
Ah, itu hanya sebuat kata.
Sekarang, siapa yang mau meresapi sebuah kata?
Atau bahkan, huruf, yang stratanya lebih rendah.
Pokoknya, dengan kehangatan dari minuman itu, namaku kurang huruf K.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!