Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Damai Paus dalam Kunjungan ke Irak

10 Maret 2021   22:46 Diperbarui: 10 Maret 2021   22:50 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diunduh dari kompas.com

Paus Fransiskus pemimpin tertinggi Gereja Katolik berziarah ke Irak pada 5-8 Maret 2021. Kunjungan ke Irak bukan pilihan yang mudah mengingat negara ini sedang berusaha bangkit kembali dari porak-poranda ISIS. Banyak kota hancur, warga meninggal dan lari dari kota dan negaranya (emigrasi). 

Umat kristen yang awalnya 1.5 juta orang, sekarang tersisa kurang lebih 400.000 orang saja. Usaha pembangunan kembali yang sedang dilakukan Irak seperti mendapat udara segar oleh kehadiran Paus. 

Pemerintah mempersiapkan segala-galanya. Umat turun ke jalan-jalan untuk memperindah kota. Rakyat bersyukur dan melambungkan pengharapan bahwa perdamaian kembali hadir di negara mereka.

Ziarah Paus ini termasuk berisiko tinggi, karena negara belum sungguh aman. Ditambah lagi pandemi Covid-19 gelombang kedua  yang masih tetap mengancam. 

Namun demi nilai yang sangat mulia yakni perdamaian, keadilan, dan respek yang harus dicapai melalui kehadiran dan dialog langsung, tantangan itu harus dilalui. Ketakutan harus dipukul mundur. Semua pihak setuju dan sadar, bahwa memang sesuatu yang baik harus dilakukan. 

Paus bergerak menjumpai umat Kristen, tokoh-tokoh agama Islam, pemimpin negara, serta tempat-tempat bersejarah agama seperti Ur tempat kelahiran Abraham.

Apa saja pesan-pesan yang disampaikan Paus dalam peziarahan bersejarah ini?

Pesan Paus kepada Umat Kristen

Mengunjungi umat Kristen di Irak merupakan kerinduan mendalam Bapa Suci. Ia sungguh mengasihi umat Kristen Irak yang begitu menderita dan terancam. Ia ingin sekali melihat wajah mereka. Di balik kerinduannya, Uskup Roma tersebut menyimpan rasa kagum kepada umat Kristen di Irak, karena kesetiaan dalam iman akan Yesus Kristus. 

Sehari sebelum keberangkatannya, Paus berkata, 

"Saya memohon doa Saudara-saudari sekalian agar kunjungan apotolik ini berjalan dengan lancar dan baik, dan menghasilkan buah seperti yang diharapkan. Saya sudah tidak sabar melihat saudara-saudari, yang telah bersaksi akan iman kepada Yesus di tengah penderitaan yang berat. Suatu kehormatan bertemu dengan Gereja para martir. Terima kasih atas kesaksian saudara-saudari". (Paus Fransiskus)

Setibanya di Baghdad Irak, di hadapan sejumlah umat, Paus berkata bahwa dirinya datang sebagai seorang pentobat (juga peziarah) yang memohon pengampunan dari Tuhan dan meminta maaf kepada semua orang atas kejadian di Irak yang begitu kejam dan menghancurkan. 

"Saya seorang peziarah damai, dalam nama Kristus Sang Raja Damai. Kami telah berdoa terus menerus untuk perdamaian Irak ini, dan Tuhan selalu mendengarkan. Namun, terserah kita apakah berjalan sesuai kehendak-Nya atau tidak." (Paus Fransiskus)

Paus mengajak agar perlahan namun pasti hidup yang lebih baik, adil, dan lebih manusiawi kepada generasi berikutnya harus diwujudnyatakan. Apakah ini mungkin untuk terwujud? Ya. Paus menaruh harapan yang sungguh mendasar bahwa, hal itu dapat terjadi. Syaratnya adalah orang-orang saling menerima perbedaan dan mau hidup dalam satu keluarga manusia yang satu dan sama. 

Dalam perayaan Ekaristi, Paus Fransiskus mengajak umat untuk mengenang dan belajar dari umat yang menjadi korban pembunuhan ISIS karena setia pada iman. Kesetiaan mereka kepada Yesus harus dibayar dengan sesuatu yang amat mahal, yakni nyawa. 

"Hendaknya pengorbanan mereka menginspirasi kita untuk memperbarui iman kita akan kekuatan Salib dan meninggalkan pesan keselamatan, pengampunan, rekonsiliasi dan kelahiran baru." (Paus Fransiskus)

Paus menegaskan bahwa kasih menjadi kekuatan umat Irak yang setia, sehingga tahan menderita karena dicurigai dan dihina, dianiaya dan persekusi karena nama Yesus. Kasih yang sama harus menjadi kekuatan semua umat Kristen yang bertahan tinggal di Irak.

Pada misa hari minggu prapaskah ketiga, Paus mengutip Injil pada hari tersebut: Yesus berkata, 'Hancurkan bait suci ini dan dalam tiga hari Aku akan membangunkannya' (Lihat Yoh 2:19). Sri Paus menjelaskan bahwa Bait Suci yang dimaksudkan Yesus adalah tubuh-Nya sendiri dan Gereja yang dihancurkan. Akan tetapi, dengan kebangkitan-Nya, Yesus bisa membangun kembali Gereja-Nya dari reruntuhan oleh kerena kebencian. Umat yang telah menjadi korban persekusi pun turut serta dalam kebangkitan itu.

Setelah melalui serangkaian agenda di atas, akhirnya Paus mengungkapkan bahwa dahaga kerinduannya terobati.

"Hari ini, saya dapat melihat secara langsung bahwa Gereja di Irak ini hidup, bahwa Kristus hidup dan bekerja di sini dalam umat-Nya yang kudus dan setia." (Paus Fransiskus)

Pesan Paus kepada Pemimpin Agama

Hal lain dalam peziarahan ini yang tidak kalah penting adalah pembicaraan dengan Ayatollah Agung Sayyid Ali-Husyaini Sistani, ulama dan pemimpin tertinggi bagi sebagian besar Muslim Syiah. Sekalipun jarang muncul di depan publik, Sistani dikenal sebagai pejuang keadilan dan perdamaian. 

Sistani menegaskan bahwa umat Kristen harus mendapat hak yang sama seperti warga lain. Sependapat dengan Sistani, Paus menguatkan komitmen dan menyuarakan bahwa semua agama pastinya mengajarkan dan memperjuangkan perdamaian. Untuk itu, petinggi agama dan segenap umat ber-agama harus memperjuangkan damai pula sebagai wujud nyata iman mereka. Tuhan yang disembah masing-masing agama menghendaki agar umat-Nya yang berbeda untuk hidup dalam damai, sebab Tuhan sendiri adalah damai.

Sekaitan dengan dialog antaragama, Paus memberikan refleksi tentang persaudaraan yang sangat mendalam.

"Rasa persaudaraan lebih tahan lama dari pada pembunuhan saudara, harapan lebih kuat dari pada kebencian, perdamaian lebih kuat dari pada perang. Keyakinan ini tidak pernah bisa dibungkam oleh darah yang ditumpahkan oleh mereka yang menyesatkan nama Tuhan untuk mengejar jalan kehancuran." (Paus Fransiskus)

Tentang perdamaian, Paus menyadarkan siapa pun bahwa perdamaian tidak berbicara tentang siapa yang menang dan kalah seperti dalam perlombaan atau pertandingan. Tetapi sebagai saudara, semua umat manusia secara bersama-sama harus menyelesaikan konflik menuju persatuan dan kesatuan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah tidak memiliki musuh. Sesungguhnya, orang yang beriman kepada Tuhan tidak akan memiliki musuh di antara sesama manusia, sebab musuh orang percaya hanya satu, yakni kebencian yang selalu berdiri di depan pintu hati dan mengetuk untuk masuk.

Sementara itu, di Ur tempat kelahiran Abraham - Bapa ketiga agama wahyu monoteis- Paus Fransiskus mengadakan pertemuan dan ibadat lintas agama. Pada kesempatan emas itu, pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut menyampaikan doa: 

"Tuhan Yang Mahakuasa, Pencipta kami, Engkau mencintai keluarga kami. Kami, anak-anak Abraham, memohon kepadamu agar sudi datang ke tempat-Mu yang damai ini dan menyinari semua korban kekerasan perang." (Paus Fransiskus) 

Dalam doa itu, tersirat harapan untuk menjadi orang yang terberkati. Paus menerangkan bahwa, untuk menjadi seorang terberkati, siapa saja tidak perlu menjadi pahlawan yang menumpahkan darah, tapi cukup memberikan kesaksian hidup yang mengandung kesetiaan dan ketekunan. Dengan cara ini pula dunia akan berubah, bukan dengan Kekuatan perang dan kekuasaan.

Pesan Paus kepada Pemerintah

Kunjungan Paus Fransiskus tentu tidak lepas pula dari hubungan kenegaraan dengan Irak. Maka, perjalanannya dijamin oleh pemerintah Irak. Paus Fransiskus menyampaikan harapan dan usaha kerja sama ke depan demi memajukan hubungan baik di antara kedua belah pihak. Hal pertama yang dilakukan sebagai perhatian Paus kepada pemerintahan Irak adalah berdoa untuk negara Irak. 

Pada perayaan Ekaristi di Baghdad, Bapa Suci berdoa bagi perdamaian Irak, Timur Tengah, dan secara khusus Suriah yang masih dilanda perang.

 "Tuhan, kepada-Mu kami mempercayakan semua orang yang masa hidupnya terputus oleh kekerasan tangan saudara-saudari mereka sendiri; kami juga berdoa kepada-Mu bagi mereka yang menimbulkan penderitaan sesamanya agar bertobat karena sentuhan belas kasihan-Mu." (Paus Fransiskus)

Paus mencoba memberikan asa baru bahwa, Tuhan bisa membawa perdamaian ke negeri Irak. Caranya adalah bersama dengan semua orang yang berkehendak baik, katakan "tidak" kepada teroris yang memanipulasi agama. Selain itu, warga Irak mesti intens mengubah kebencian menjadi sarana perdamaian.

Pesan Paus kepada Dunia

Kunjungan ini tampak seperti pars pro toto (partikular untuk universal). Kunjungan yang menyedot banyak perhatian ini adalah usaha menghadirkan damai di dunia. Meski terjadi di Irak, pesan damai dalam kunjungan ini sampai kepada seluruh dunia. Hal yang sama juga sebenarnya telah tersurat dalam Dokumen Abu Dhabi dan Dokumen Fratelli Tutti yang telah dituliskan oleh Paus. 

Di Irak, Paus menyerukan dengan tegas kepada semua pemimpin bangsa di seluruh dunia, agar mengubah penyebaran senjata menjadi penyebaran makanan untuk semua. Selain itu, ada hal menarik yang disampaikan oleh Paus bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret yang lalu.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua wanita, terutama wanita Irak, wanita pemberani yang terus memberikan kehidupan, terlepas persoalan dan rasa sakit. Semoga wanita dihormati dan dilindungi! Semoga mereka dihormati dan diberi kesempatan!" (Paus Fransiskus)

Penutup

Kunjungan ini sungguh mengingatkan dunia pada apa yang telah dilakukan oleh Fransiskus dari Assisi pada 1219. Ia, kala perang salib berkecamuk, pergi mengunjungi Sultan Malek Al Kamil untuk berdiskusi tentang damai, bukan perang. Fransiskus berangkat dengan penuh keyakinan, walau ia tahu hal itu sangat riskan. Kapan saja ia bisa menjadi korban pembunuhan.

Namun, apa yang menarik? Ia tidak diperlakukan kasar. Sultan menyambut Fransiskus dengan damai dan terjadilah dialog. Keduanya, sebagai duta perumus damai, sepakat bahwa perang harus diselesaikan. Banyak orang tak bersalah kehilangan orang yang dicintai akibat perang dan tentunya itu sungguh melawan ajaran agama tentang damai. Lalu, Fransiskus kembali dengan harapan bahwa damai yang telah disepakati akan terwujud dan bertahan.

Kunjungan yang bersejarah dan penuh makna dari Paus ke Irak diharapkan menjadi pemantik bagi semua manusia untuk hidup dalam kedamaian, terlebih di tengah situasi pandemi yang tak berkesudahan ini. Semua diharapkan agar mendukung penebaran jala kedamaian di dunia ini. Sudahi dan cukupkan segala diskriminasi, intoleransi, teror, pembunuhan, dan permusuhan di muka bumi. Sudah saatnya dunia disembuhkan dari penderitaan yang menyakitkan. Semua manusia adalah satu keluarga walau punya perbedaan di sana-sini, namun itu adalah kekayaan.

Hal kecil yang dapat direalisasikan seperti dikatakan Paus tadi adalah mulai dengan "jangan ada musuh". Ya, kalau tidak memiliki musuh, tentu damai sudah dimulai. Kalau mau lebih proaktif dan maju dalam menyebarkan damai, mari cari dan tambahi teman, terlebih mereka yang berbeda agama. Jalinlah silaturahmi yang sehat dan jadilah pejuang damai!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun