Setibanya di Baghdad Irak, di hadapan sejumlah umat, Paus berkata bahwa dirinya datang sebagai seorang pentobat (juga peziarah) yang memohon pengampunan dari Tuhan dan meminta maaf kepada semua orang atas kejadian di Irak yang begitu kejam dan menghancurkan.Â
"Saya seorang peziarah damai, dalam nama Kristus Sang Raja Damai. Kami telah berdoa terus menerus untuk perdamaian Irak ini, dan Tuhan selalu mendengarkan. Namun, terserah kita apakah berjalan sesuai kehendak-Nya atau tidak." (Paus Fransiskus)
Paus mengajak agar perlahan namun pasti hidup yang lebih baik, adil, dan lebih manusiawi kepada generasi berikutnya harus diwujudnyatakan. Apakah ini mungkin untuk terwujud? Ya. Paus menaruh harapan yang sungguh mendasar bahwa, hal itu dapat terjadi. Syaratnya adalah orang-orang saling menerima perbedaan dan mau hidup dalam satu keluarga manusia yang satu dan sama.Â
Dalam perayaan Ekaristi, Paus Fransiskus mengajak umat untuk mengenang dan belajar dari umat yang menjadi korban pembunuhan ISIS karena setia pada iman. Kesetiaan mereka kepada Yesus harus dibayar dengan sesuatu yang amat mahal, yakni nyawa.Â
"Hendaknya pengorbanan mereka menginspirasi kita untuk memperbarui iman kita akan kekuatan Salib dan meninggalkan pesan keselamatan, pengampunan, rekonsiliasi dan kelahiran baru." (Paus Fransiskus)
Paus menegaskan bahwa kasih menjadi kekuatan umat Irak yang setia, sehingga tahan menderita karena dicurigai dan dihina, dianiaya dan persekusi karena nama Yesus. Kasih yang sama harus menjadi kekuatan semua umat Kristen yang bertahan tinggal di Irak.
Pada misa hari minggu prapaskah ketiga, Paus mengutip Injil pada hari tersebut: Yesus berkata, 'Hancurkan bait suci ini dan dalam tiga hari Aku akan membangunkannya' (Lihat Yoh 2:19). Sri Paus menjelaskan bahwa Bait Suci yang dimaksudkan Yesus adalah tubuh-Nya sendiri dan Gereja yang dihancurkan. Akan tetapi, dengan kebangkitan-Nya, Yesus bisa membangun kembali Gereja-Nya dari reruntuhan oleh kerena kebencian. Umat yang telah menjadi korban persekusi pun turut serta dalam kebangkitan itu.
Setelah melalui serangkaian agenda di atas, akhirnya Paus mengungkapkan bahwa dahaga kerinduannya terobati.
"Hari ini, saya dapat melihat secara langsung bahwa Gereja di Irak ini hidup, bahwa Kristus hidup dan bekerja di sini dalam umat-Nya yang kudus dan setia." (Paus Fransiskus)
Pesan Paus kepada Pemimpin Agama
Hal lain dalam peziarahan ini yang tidak kalah penting adalah pembicaraan dengan Ayatollah Agung Sayyid Ali-Husyaini Sistani, ulama dan pemimpin tertinggi bagi sebagian besar Muslim Syiah. Sekalipun jarang muncul di depan publik, Sistani dikenal sebagai pejuang keadilan dan perdamaian.Â