Paus mencoba memberikan asa baru bahwa, Tuhan bisa membawa perdamaian ke negeri Irak. Caranya adalah bersama dengan semua orang yang berkehendak baik, katakan "tidak" kepada teroris yang memanipulasi agama. Selain itu, warga Irak mesti intens mengubah kebencian menjadi sarana perdamaian.
Pesan Paus kepada Dunia
Kunjungan ini tampak seperti pars pro toto (partikular untuk universal). Kunjungan yang menyedot banyak perhatian ini adalah usaha menghadirkan damai di dunia. Meski terjadi di Irak, pesan damai dalam kunjungan ini sampai kepada seluruh dunia. Hal yang sama juga sebenarnya telah tersurat dalam Dokumen Abu Dhabi dan Dokumen Fratelli Tutti yang telah dituliskan oleh Paus.Â
Di Irak, Paus menyerukan dengan tegas kepada semua pemimpin bangsa di seluruh dunia, agar mengubah penyebaran senjata menjadi penyebaran makanan untuk semua. Selain itu, ada hal menarik yang disampaikan oleh Paus bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret yang lalu.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua wanita, terutama wanita Irak, wanita pemberani yang terus memberikan kehidupan, terlepas persoalan dan rasa sakit. Semoga wanita dihormati dan dilindungi! Semoga mereka dihormati dan diberi kesempatan!"Â (Paus Fransiskus)
Penutup
Kunjungan ini sungguh mengingatkan dunia pada apa yang telah dilakukan oleh Fransiskus dari Assisi pada 1219. Ia, kala perang salib berkecamuk, pergi mengunjungi Sultan Malek Al Kamil untuk berdiskusi tentang damai, bukan perang. Fransiskus berangkat dengan penuh keyakinan, walau ia tahu hal itu sangat riskan. Kapan saja ia bisa menjadi korban pembunuhan.
Namun, apa yang menarik? Ia tidak diperlakukan kasar. Sultan menyambut Fransiskus dengan damai dan terjadilah dialog. Keduanya, sebagai duta perumus damai, sepakat bahwa perang harus diselesaikan. Banyak orang tak bersalah kehilangan orang yang dicintai akibat perang dan tentunya itu sungguh melawan ajaran agama tentang damai. Lalu, Fransiskus kembali dengan harapan bahwa damai yang telah disepakati akan terwujud dan bertahan.
Kunjungan yang bersejarah dan penuh makna dari Paus ke Irak diharapkan menjadi pemantik bagi semua manusia untuk hidup dalam kedamaian, terlebih di tengah situasi pandemi yang tak berkesudahan ini. Semua diharapkan agar mendukung penebaran jala kedamaian di dunia ini. Sudahi dan cukupkan segala diskriminasi, intoleransi, teror, pembunuhan, dan permusuhan di muka bumi. Sudah saatnya dunia disembuhkan dari penderitaan yang menyakitkan. Semua manusia adalah satu keluarga walau punya perbedaan di sana-sini, namun itu adalah kekayaan.
Hal kecil yang dapat direalisasikan seperti dikatakan Paus tadi adalah mulai dengan "jangan ada musuh". Ya, kalau tidak memiliki musuh, tentu damai sudah dimulai. Kalau mau lebih proaktif dan maju dalam menyebarkan damai, mari cari dan tambahi teman, terlebih mereka yang berbeda agama. Jalinlah silaturahmi yang sehat dan jadilah pejuang damai!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H