Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer🔸Random photographer🔸Random learner Menulis itu foya foya rasa. Berpestalah dengannya agar kau bisa membungkam monyet dalam kepalamu yang berisik.

Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen. Cerpen 'Tledhek Desa Kedungmati' juara 1 sayembara pulpen Kompasiana XVII. Cerpen 'Oetari' juara 1 lomba cerpen Arkaiscreative Publishing. Cerpen '6174' dan 'Boneka' juara harapan 2 Geladerikata. 'Multikultur Budaya Leluhur' terpilih menjadi juara 2 lomba menulis bersama Golagong. Cerpen 'Dunia Belum Kiamat' juara harapan 2 lomba Epilog Geladerikata. Buku kumcer Jerat Kelam meraih juara 2 Arkaiscreative. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2022. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2023. Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Introvert yang hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan buibu. Antimainstream yang muak dengan hal template.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matinya Kucing-Kucing di Kota

6 Desember 2024   17:12 Diperbarui: 6 Desember 2024   17:28 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Simbiosis mutualisme. Saya bebas menjual petasan, Anda mendapat peghargaan. Jadi sebaiknya Anda jangan memeras saya," kata pria kurus sambil berlalu keluar ruangan.


***


Pagi ini, kembali polisi berkumpul di perempatan menangani kasus yang masih saja sama. Bangkai kucing bergeletakan di mana-mana. Polisi muda datang memamerkan senyum. Tak lama, kepala tata tertib kota tiba bersama rombongan dalam tiga mobil.


"Saya ikut menangani kasus ini karena menyangkut ketertiban kota kita tercinta. Saya sudah mengamati bagaimana kucing-kucing manis itu mati. Orang saya, bekerja keras mencari petunjuk termasuk mendapat sidik jari dan rekaman CCTV," celoteh pria sedikit tambun itu.


"Terima kasih, Pak. Tak perlu repot. Kami sudah mengumpulkan bukti dan menemukan aktor dibalik kejadian ini." Polisi muda menatap tajam pria di depannya. Polisi lain meringsek mengelilingi pejabat itu.


"S-siapa?"


Pria sedikit tambun itu memucat. Kepalanya menoleh kiri dan kanan dengan cepat. Tanpa disadari, tangannya sudah diborgol.


"Anda bisa memberi keterangan di kantor, Pak. Silakan nanti Bapak telpon pengacaranya." Senyum polisi muda kian mengembang. Kepala tata tertib berontak berteriak memaki petugas yang menggelandangnya. Kemudian sebuah mobil van berwarna hitam melintas melempar sesuatu. Ledakan terjadi. Semua panik.


"Ha-ha-ha ... Kebenaran atau keburukan tak penting. Siapapun yang lebih licik, dialah pemenang sesungguhnya." Tawa pemilik pabrik petasan menggema memenuhi mobil van.


Kota Tuwa, 6 Desember 2024

Catatan:
Konstanta Kaprekar diambil dari nama ahli matematika India, Dattatreya Ramchandra Kaprekar (1905-1986). Teori Konstanta Kaprekar mengungkap angka misterius 6174. Yang ketika melakukan perhitungan terhadap empat angka secara acak, kemudian empat angka itu diurutkan dari terbesar dan dikurangi ke urutan dari terkecil, maka hasil akhir akan muncul angka 6174. Seperti angka 2624 pada cerita di atas. Angka itu diurutkan dulu dari besar ke kecil menjadi 6422 yang nantinya dikurangi dengan urutan dari terkecil. Seperti di bawah ini contohnya:
6422-2246 = 4176
7641-1467 = 6174

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun