Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer🔸Random photographer🔸Random learner Menulis itu foya foya rasa. Berpestalah dengannya agar kau bisa membungkam monyet dalam kepalamu yang berisik.

Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen. Cerpen 'Tledhek Desa Kedungmati' juara 1 sayembara pulpen Kompasiana XVII. Cerpen 'Oetari' juara 1 lomba cerpen Arkaiscreative Publishing. Cerpen '6174' dan 'Boneka' juara harapan 2 Geladerikata. 'Multikultur Budaya Leluhur' terpilih menjadi juara 2 lomba menulis bersama Golagong. Cerpen 'Dunia Belum Kiamat' juara harapan 2 lomba Epilog Geladerikata. Buku kumcer Jerat Kelam meraih juara 2 Arkaiscreative. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2022. Penulis terfavorit versi Ellunar Publisher th 2023. Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Introvert yang hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan buibu. Antimainstream yang muak dengan hal template.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matinya Kucing-Kucing di Kota

6 Desember 2024   17:12 Diperbarui: 6 Desember 2024   17:28 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ahli forensik dan penyelidik berbagi tugas. Mereka memotret, mengambil sampel kemudian mengevakuasi jasad. Puluhan kantong kresek disiapkan sebagai pengganti kantong jenazah. Cukup lama mereka berkutat mengumpulkan bukti. Sorot kelelahan berbalut lelehan keringat terpampang jelas di wajah dan mata mereka.


"Akhir tahun yang berat," keluh salah satu di antara para petugas seraya melangkahkan kaki menuju warung kopi.


"Kau! Hei, pria berjaket hijau!" Polisi muda yang masih menggenggam toa, berteriak memanggil pria berjaket hijau daun.


Pria berjaket hijau daun mendekat, "Ya, Pak?"


"Apakah kau sudah lama berdiri di tempat kejadian?" Pria berjaket hijau daun mengangguk.


"Bisa ceritakan yang kau ketahui?"


"Tadi sekitar jam 5 lewat, saya melintas di jalan ini mencari kucing saya yang hilang. Namun, betapa terkejutnya saya mendapati pemandangan yang memilukan."


"Apakah ada yang mencurigakan sebelumnya?" Kali ini polisi muda tersebut beralih ke pemilik warung.


"Saya baru buka jam 7. Semalam, tidur terlalu lelap, Pak. Saya tak mendengar kegaduhan apapun."


Belum juga mulut pemilik warung tertutup, polisi muda sudah merogoh kantong celana mengeluarkan ponsel yang berbunyi nyaring. Dari mimik mukanya, tampak sekali kegelisahan. Dengan gerakan cepat, polisi itu berdiri dan mengajak rekannya beralih lokasi.


"Korban lagi," gerutunya.
"Saya ikut, Pak," seru pria berjaket hijau. "Saya mau mencari kucing saya," sambungnya sebelum sang polisi bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun