***
Dalam tiga hari, populasi kucing liar di kota Tuwa semakin menipis. Kejadian aneh ini menyibukkan polisi yang seharusnya berkonsentrasi menangani penjual petasan, mengoperasi knalpot brong, dan sejumlah tindakan melawan hukum lainnya yang biasa terjadi menjelang tahun baru.
Pelaku sulit dilacak, sedikitpun tak meninggalkan jejak. Bagian forensik melaporkan tak menemukan sidik jari di tiap jasad kucing. CCTV jalan tak menangkap pergerakan apapun. Ini yang paling aneh. Bagaimana cara pelaku menggantung bangkai di atas lampu lalu lintas tanpa tertangkap layar? Apakah mereka hantu? Pertanyaan-pertanyaan yang saat ini sulit dijawab.
Warga resah. Yang paling terdampak adalah warung makan. Bau busuk yang menguar ditambah datangnya jutaan lalat tentu saja membuat pembeli enggan mendekat. Warungpun tutup satu per satu. Satu-satunya yang berjaya adalah penjual terompet dan petasan. Tunggu dulu, bukankah petasan dilarang.
"Coba kau pergi ke gedung pengendali kamera pengawas. Selidiki ada apa di sana. Aku akan ke bagian forensik memeriksa para bangkai sialan itu."
"Permisi, Pak." Dari arah luar pria berjaket hijau daun mendekat. Jaketnya masih sama.
"Kau lagi. Apa kucingmu belum ketemu?"
"Belum, Pak. Biskuit tak tampak di antara para bangkai yang diketemukan."
"Biskuit?"
"Ah ya. Itu nama kucing saya karena dia suka sekali makan biskuit."
"Ada keperluan apa kau ke sini?"