Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen.

Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan ibu-ibu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Peri di Sekolah Rory

19 November 2024   15:02 Diperbarui: 19 November 2024   15:15 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krincing krincing.

Suara benda berbentuk bulat, kecil, dan tipis bergerak saling bertabrakan. Benda yang kata Pak Toto terbuat dari logam itu dirangkai pada kayu sehingga ketika diayunkan akan menimbulkan suara gemerincing. Satu kelas sepakat menamakannya sebagai lonceng negeri peri. Jika suara itu berbunyi, tandanya Rory dan teman sekelasnya akan berangkat ke negeri peri. 

"Anak-anak, apakah semua sudah siap?" tanya Pak Toto dengan semangat. Tangan kanannya diangkat tinggi sambil memegang lonceng negeri peri. 

Rory, Bimbi, Lala, dan seluruh anak dalam kelas menjawab bersama-sama dengan suara tak kalah kencang. Pak Toto bersemangat, Rory bersemangat, semua anak bersemangat. Mereka tak sabar untuk cepat sampai ke negeri peri, karena hari ini memang pertama kalinya murid TK Matahari berpetualang ke negeri tersebut. Rorypun membayangkan indahnya negeri baru itu. 

Semua anak berbaris rapi di depan kelas. Pak Toto memeriksa satu per satu benda yang dibawa oleh muridnya. Penggaris, pensil, penghapus, buku gambar, pensil warna dan tak lupa bekal makanan, tertata rapi dalam tas. Setelah mendapat aba-aba, kaki kecil Rory dilangkahkan maju. Teman-teman yang lain ikut menyusul di belakang dengan tertib sambil bernyanyi. Mereka menyanyikan lagu ciptaan Pak Toto yang berjudul "Indahnya Negeri Peri". Nada lagu itu kira-kira seperti lagu "Pelangi-Pelangi". Syairnya seperti ini:

Mari kita berjalan

Bergandeng tangan

Pasang senyum ceria 

'tuk melihat negeri peri di sana 

Oh indah negeri itu

Burung bernyanyi merdu

Kupu-kupu terbang

Bunga-bunga bermekaran

Berwarna-warni seperti pelangi

Negeri peri yang akan mereka datangi berada di belakang sekolah. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya melewati empat kelas. Dari kelas Rory, mereka berjalan lurus melewati tiang bendera, kemudian berbelok ke arah taman bunga di sebelah kiri. Matahari pukul 8 menyinari taman itu dengan sinarnya yang hangat. Sepanjang perjalanan, burung-burung di atas pohon turut bernyanyi. Kupu-kupu di taman bunga sekolah ikut menari, hinggap dari bunga mawar ke bunga krisan. 

Pemandangan itu membuat Rory berhenti sejenak. Ia tertarik pada kupu-kupu bersayap kuning yang sedang menghisap sari bunga anggrek. Ia hendak berlari untuk menangkap. Namun, Pak Toto memanggilnya.

"Rory, tolong kembali ke barisan."

Rorypun menghentikan aksinya dan melangkahkan kaki kembali ke barisan. Mereka meneruskan perjalanan dengan riang. Di depan mereka sudah tampak bunga kertas warna-warni yang ditanam menyerupai pagar. Di tengah pagar terdapat gerbang. Gerbang pintu masuk itu dibuat dari tanaman merambat yang memiliki bunga cantik berwarna biru. Bunga biru itu sekilas berbentuk kupu-kupu. 

"Pak, apakah negeri peri nanti ada perinya seperti dalam dongeng?" tanya Rory.

"Nanti akan Bapak jawab ya." 

Rory mengangguk. 

"Anak-anak, kita sudah tiba. Jangan lupa, masuk dengan tertib." 

Rory tak mendengar kata-kata Pak Toto. Setelah sampai di pintu masuk, ia segera berlari ke dalam. Rory masih penasaran dengan tempat itu. Ia ingin menjelajah secepatnya. 

Pak Toto masih sibuk mengatur teman-teman Rory yang juga ingin segera mengelilingi tempat yang berhari-hari membuat mereka tak bisa tidur. Tangan kiri Pak Toto menggenggam tangan Dino. Tangan kanannya memegang bahu Bimbi. Sementara bibirnya berteriak memanggil Lani, Dayu, dan Lala. Pak Toto terlihat kepayahan, tapi tetap tersenyum dan tertawa. 

Setelah hampir semua anak dikumpulkan di bawah pohon flamboyan, Pak Toto mengajak muridnya untuk menggelar tikar yang telah dipersiapkan. Teman-teman Rory sudah duduk tenang di atas tikar sambil menikmati sejuknya angin. 

"Anak-anak, Pak Toto mau mencari Rory sebentar. Kalian boleh memulai menggambar."

"Iya, Pak," sahut para murid bersama-sama.

"Pak, Lani mau menggambar bunga warna biru yang di gerbang." Tiba-tiba Lani angkat tangan.

"Boleh, Lani. Itu bunga telang namanya. Bunganya bisa dibuat teh. Kalian nanti kalau pulang bisa memetik buah jambu, arbei, dan bunga telang untuk oleh-oleh." 

"Asikk!" Suasana kembali ramai, sahut menyahut mengungkapkan kegembiraan. 

"Lala suka sekali arbei," teriak Lala.

"Tapi arbei kan asam," timpal Dino.

"Yang warna ungu manis sekali." Lala tak mau kalah.

Pak Toto tersenyum bahagia melihat usahanya selama ini berhasil. Negeri peri yang ia bangun di tanah kosong belakang sekolah, sangatlah indah. Aneka jenis bunga dan buah ia tanam dengan rapi. Terdapat kolam kecil berisi ikan hias di tengah-tengahnya. Ada pula pondok kayu berdiri tak jauh dari kolam. Pak Toto tak lupa menambahkan ayunan, jungkat jungkit, dan perosotan berwarna cerah.

Negeri peri sebenarnya seperti taman biasa. Taman ini ia buat dengan bantuan Pak Ijo, tukang kebon sekolah, agar para murid bisa bermain dan melihat alam yang sesungguhnya. Tentu saja alasan utamanya supaya anak-anak tak lagi bosan di kelas.

Saat pertama Pak Toto mengajar, Rory dan teman-temannya sering mengeluh kesulitan dalam menggambar bunga atau kupu-kupu. Bahkan, Dayu sampai menangis karena gambar kupu-kupunya tidak seperti yang dia inginkan. Dengan adanya negeri peri, Pak Toto berharap anak-anak bisa menambah pengetahuan dengan gembira. 

***

Di tempat lain, Rory berlari semakin masuk ke dalam taman, mengejar kupu-kupu. Tangan Rory hendak menangkap sayap kupu-kupu itu. Tapi dia menghentikan gerakannya ketika melihat hewan kecil yang cantik sedang menempel di daun. Rambut bermekaran di sekujur badannya yang berwarna hijau. 

"Warnanya mirip daun. Badannya kayak ulat. Tapi kok ada rambutnya panjang," gumam Rory.

Rasa ingin tahu Rory sangat tinggi. Rory berpikir kalau hewan yang di depannya ini mungkin saja telur peri. Rory selalu membayangkan bahwa peri itu semacam burung atau kupu-kupu yang bisa terbang dan bertelur. Jarinya tanpa sadar meraih hewan itu.

Brakk!

Whuaaa!

Ketika Pak Toto akan mencari Rory, tiba-tiba terdengar suara sesuatu jatuh disusul tangisan kencang. Anak-anak menoleh ke sumber suara. 

"Siapa itu?"

"Apa itu peri yang jatuh?" 

Mereka hanya saling bertanya tanpa tahu jawabannya. Pak Toto mempercepat jalannya menuju ke balik rimbunnya pohon mawar. Tapi sesampainya di sana, Rory tak ditemukannya. 

"Rory." Pak Toto memanggil Rory dengan suara agak keras.

"Rory jatuh di sini, Pak." Pak Toto menoleh kiri kanan. Dan akhirnya ia menemukan Rory duduk bertumpu dua tangan. Rimbunnya semak bunga ruellia menghalangi pandangan. Dari jauh hanya terlihat topi yang dikenakan muridnya itu. 

"Rory kenapa?" tanya Pak Toto dengan lembut.

"Rory pegang hewan sakit." Rory menunjukkan jari tangannya yang agak bengkak dan memerah sambil menangis.

"Hewan sakit?" tanya Pak Toto lagi.

"Tidak. Tangan Rory sakit kena." Rory masih sesenggukan sehingga suaranya putus-putus.

"Rory minum dulu ya biar tenang dan lancar ngomongnya." 

Akhirnya Rory bercerita bahwa dia memegang telur peri dan tiba-tiba seperti tersengat listrik. Rory memang pernah tersengat listrik ringan saat bermain kabel di rumah. Dan tadi rasanya persis seperti itu. Rory kaget lalu terjerembab ke ember penyiram tanaman.

"Itu bukan telur peri. Itu ulat bulu. Ulat bulu tak boleh dipegang karena akan membuat gatal dan bengkak. Nanti Pak Toto akan meminta Pak Ijo untuk menyingkirkan hewan-hewan yang membahayakan.

"Lalu di mana perinya?" tanya Rory setelah tangisannya reda.

"Peri tak ada di sini."

"Pak Toto bohong," berontak Rory.

"Pak Toto tidak bohong. Kita sekelas sepakat menamakan taman ini negeri peri karena memang seperti negeri peri dalam dongeng yang sering kalian baca di buku," terang Pak Toto.

Rory akhirnya mengerti. Dia kemudian memeluk sosok yang sangat istimewa tersebut dan meminta maaf karena tidak tertib. Ia mulai menggambar kolam dan bunga mawar mengikuti teman lainnya. Pak Toto merasa istimewa karena mendapatkan murid-murid yang istimewa.

Negeri Peri, 19 November 2024

Bio:

Tia Sulaksono, sering disingkat dengan Tisu. Seorang perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik. Telah menghasilkan buku solo kumpulan cerpen anak Petualangan Warna-Warni dan pernah masuk 10 besar sayembara menulis cerpen anak tingkat nasional. Buku lain yang telah diterbitkan berjudul Jerat Kelam yang merupakan kumpulan cerpen horror. Serta 17 buah buku antologi puisi dan cerpen.

Sejak kecil dijejali buku dongeng dari banyak negara, membuat cerita anak menjadi sisi lain dalam hidupnya -- sisi lainnya adalah cerita horror. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun