"Yang warna ungu manis sekali." Lala tak mau kalah.
Pak Toto tersenyum bahagia melihat usahanya selama ini berhasil. Negeri peri yang ia bangun di tanah kosong belakang sekolah, sangatlah indah. Aneka jenis bunga dan buah ia tanam dengan rapi. Terdapat kolam kecil berisi ikan hias di tengah-tengahnya. Ada pula pondok kayu berdiri tak jauh dari kolam. Pak Toto tak lupa menambahkan ayunan, jungkat jungkit, dan perosotan berwarna cerah.
Negeri peri sebenarnya seperti taman biasa. Taman ini ia buat dengan bantuan Pak Ijo, tukang kebon sekolah, agar para murid bisa bermain dan melihat alam yang sesungguhnya. Tentu saja alasan utamanya supaya anak-anak tak lagi bosan di kelas.
Saat pertama Pak Toto mengajar, Rory dan teman-temannya sering mengeluh kesulitan dalam menggambar bunga atau kupu-kupu. Bahkan, Dayu sampai menangis karena gambar kupu-kupunya tidak seperti yang dia inginkan. Dengan adanya negeri peri, Pak Toto berharap anak-anak bisa menambah pengetahuan dengan gembira.Â
***
Di tempat lain, Rory berlari semakin masuk ke dalam taman, mengejar kupu-kupu. Tangan Rory hendak menangkap sayap kupu-kupu itu. Tapi dia menghentikan gerakannya ketika melihat hewan kecil yang cantik sedang menempel di daun. Rambut bermekaran di sekujur badannya yang berwarna hijau.Â
"Warnanya mirip daun. Badannya kayak ulat. Tapi kok ada rambutnya panjang," gumam Rory.
Rasa ingin tahu Rory sangat tinggi. Rory berpikir kalau hewan yang di depannya ini mungkin saja telur peri. Rory selalu membayangkan bahwa peri itu semacam burung atau kupu-kupu yang bisa terbang dan bertelur. Jarinya tanpa sadar meraih hewan itu.
Brakk!
Whuaaa!
Ketika Pak Toto akan mencari Rory, tiba-tiba terdengar suara sesuatu jatuh disusul tangisan kencang. Anak-anak menoleh ke sumber suara.Â