"Itu bukan telur peri. Itu ulat bulu. Ulat bulu tak boleh dipegang karena akan membuat gatal dan bengkak. Nanti Pak Toto akan meminta Pak Ijo untuk menyingkirkan hewan-hewan yang membahayakan.
"Lalu di mana perinya?" tanya Rory setelah tangisannya reda.
"Peri tak ada di sini."
"Pak Toto bohong," berontak Rory.
"Pak Toto tidak bohong. Kita sekelas sepakat menamakan taman ini negeri peri karena memang seperti negeri peri dalam dongeng yang sering kalian baca di buku," terang Pak Toto.
Rory akhirnya mengerti. Dia kemudian memeluk sosok yang sangat istimewa tersebut dan meminta maaf karena tidak tertib. Ia mulai menggambar kolam dan bunga mawar mengikuti teman lainnya. Pak Toto merasa istimewa karena mendapatkan murid-murid yang istimewa.
Negeri Peri, 19 November 2024
Bio:
Tia Sulaksono, sering disingkat dengan Tisu. Seorang perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik. Telah menghasilkan buku solo kumpulan cerpen anak Petualangan Warna-Warni dan pernah masuk 10 besar sayembara menulis cerpen anak tingkat nasional. Buku lain yang telah diterbitkan berjudul Jerat Kelam yang merupakan kumpulan cerpen horror. Serta 17 buah buku antologi puisi dan cerpen.
Sejak kecil dijejali buku dongeng dari banyak negara, membuat cerita anak menjadi sisi lain dalam hidupnya -- sisi lainnya adalah cerita horror.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H